Kita Tak Pernah Serius
Sejujurnya secara pribadi saya, atau kita semua lebih tepatnya sudah jengah dengan tuduhan atau isu yang tak pernah benar-benar terselesaikan, atau ditindaklanjuti dengan pembuktian, pembongkaran, dan hukuman ini.
Contoh soal, berita sumbang tentang kasus suap di final Piala AFF 2010. Banyak pihak yang ketika itu merasa yakin, karena memiliki bukti otentik yang kuat tentang terjadinya penyuapan, terhadap beberapa punggawa tim nasional.
Namun ketika saya ajak (tantang) untuk melakukan penyelidikan secara resmi dan membukanya kepada publik, tidak ada satu pun pihak yang menanggapi. Isu suap tersebut terkesan dihembuskan hanya sebagai alat propaganda, dalam rangka perebutan kursi kekuasaan (ketika itu) di federasi.
Akhirnya perlahan-lahan isu suap tersebut pun menguap begitu saja. Baru suatu saat nanti akan mengemuka kembali, ketika terjadi kisruh sepak bola kita dijadikan amunisi untuk menyerang pihak-pihak tertentu.
Ada tiga kemungkinan. Pertama, penyuapan itu memang tidak pernah terjadi. Kedua, “bisa jadi” memang terjadi penyuapan, namun mereka tidak memiliki cukup bukti. Atau ketiga, benar mereka memiliki bukti otentik, namun mereka tidak memiliki “cukup nyali” untuk membongkar.
Sama halnya dengan isu pengaturan juara liga Indonesia ini. Menurut saya ini harus segera dihentikan. Dengan cara apa? ya harus dengan dibuktikan (dibongkar) jika memang isu tersebut benar adanya. Oleh siapa? ya oleh mereka yang mengetahui dan memiliki cukup bukti tentang “deal-deal” seperti ini, dalam hal ini tentu level “penggede” sepak bola kita.
Jangan biarkan isu ini mengambang seperti ini terus. Karena efeknya, siapapun yang menjadi juara liga Indonesia (baik di masa lalu, maupun masa yang akan datang) ya hanya akan mendapatkan gelar saja, tanpa dibarengi dengan kebanggaan serta kehormatan.
Terlepas dari benar atau tidak nya isu tersebut, kita semua tentu ingin melihat masalah ini benar-benar diselidiki dengan serius, oleh siapapun pihak yang berwewenang mengurusi masalah ini. Bila perlu berkoordinasi dengan pemerintah, dalam hal ini (mungkin) badan intelejen.
Jadi benar atau tidak nya “pengaturan” gelar itu harus melalui proses pembuktian, bukan hanya hanya berdasarkan asumsi atau opini, apa lagi berdasarkan “katanya” yang bisa saja subyektif dan tendensius.
Panggil semua mereka yang pernah bersuara, dan yang pernah disebut namanya untuk melakukan testimoni secara resmi. Lindungi keselamatannya, “jika benar” kasus ini berafiliasi dengan mafia kelas kakap. Dan buka hasil penyelidikannya kepada publik.
Yang paling penting adalah hukum seberat-beratnya oknum yang terlibat (siapapun itu), dan turun kastakan klub yang terbukti pernah melakukan pengaturan (klub manapun itu). Buktikan jika kita benar-benar serius.
Tahun 2006, federasi sepak bola Italia pernah melakukannya saat merespon kasus calciopoli, dengan mendegradasi Juventus yang kita tahu menjadi pemegang gelar terbanyak liga Italia. Jika Italia yang notabene pemegang 4 gelar Piala Dunia saja berani, masak Indonesia yang sepak bolanya “ecek-ecek”, dan hanya "kakean cangkem" ini tidak berani?
Demi integritas sepak bola Indonesia. Demi kredibilitas PSSI. Demi liga Indonesia yang lebih bermartabat.
Bersambung….