FAJAR menyingsing di ufuk timur, tanggal 14 Januari 2001, hari yang ditunggu-tunggu tiba. Persija akan mengawali perburuan gelar liga Indonesia sore ini. Lawan pertama yang harus dihadapi, adalah saudara mudanya sendiri Persijatim. Walau bermain di Lebak Bulus, Persija datang sebagai tamu. Karena di putaran pertama ini, Persijatim bertindak sebagai tuan rumah terlebih dahulu.
Sore itu Persija menurunkan formasi terbaiknya, begitu juga Persijatim.

Pada masa itu, regulasi bermain pemain asing adalah 3 ditambah 1. Artinya dari 4 pemain asing ,hanya 3 pemain yang boleh turun secara bersamaan. Satu pemain asing lagi, harus memulai pertandingan dari bangku cadangan. Pemain asing yang berada di bangku cadangan, hanya boleh masuk dengan menggantikan pemain asing yang lain. Atau jika dari 3 pemain asing yang bermain, salah satunya sudah diganti terlebih dahulu. Intinya, pemain asing yang boleh bermain bersamaan, hanya 3 orang.

Semua pemain Persija dalam kondisi fit dan dapat tampil, kecuali Mbeng Jean yang mesih terkendala administrasi. Formasi awal Persija penjaga gawang dipercayakan kepada Sopian Hadi. Lini belakang dikawal oleh Warsidi, Nuralim (Kapten), dan antonio Claudia. Budiman, Anang Ma’ruf, Agus Supriyanto, Imran Nahumaruri, dan Luciano Leandro menjadi kekuatan di lini tengah. Sedang duet ujung tombak, dipercayakan kepada Widodo Cahyono Putra, didampingi oleh rekrutan baru Budi Sudarsono.

Sore itu, langit Jakarta lebih panas dari biasanya. Pertandingan pertama memang selalu sulit, apa lagi ini adalah pertaruhan harga diri sesama tim ibu kota. Pertandingan berjalan keras dan ketat, tidak ada tim yang mahu kalah. Hasilnya 6 kartu kuning pun keluar dari saku wasit Rafli Razak. 3 untuk Persija (Edanda Timoty, Imran Nahumarury, dan Budiman), serta 3 untuk Persijatim (Rodrigo Araya, Stanley Mamuaya, Hariman Siregar).

Jula beli serangan terjadi di sepanjang pertandingan. Banyak peluang dihasilkan, terutama oleh Persija. Namun semua peluang tersebut, tidak ada yang dapat dimaksimalkan menjadi gol. Persijatim tampil spartan sepanjang pertandingan. Maklum ini derby, apa lagi selama ini Persijatim merasa kurang diperhatikan, oleh Pemda DKI. Hasil seri 0:0 menjadi penutup pertandingan ini. Tentu ini kurang bagus bagi Persija, namun melihat dari begitu ketatnya jalannya pertandingan, berbagi poin rasanya hasil yang cukup fair.

Hasil seri di Lebak Bulus yang juga merupakan kandang Persija, tentu bukan modal bagus untuk menjalani partai tandang berikutnya. Walau pun tim yang akan dihadapi Persikabo, adalah kontestan yang baru saja naik ke kasta tertinggi, namun semua tim yang bertanding melawan Persija selalu memiliki semangat yang lebih. Bukan saja karena Persija adalah tim elit, namun juga karena Persija dihuni oleh pemain-pemain berlabel bintang di Indonesia. Selalu ada tenaga ekstra, bagi setiap lawan-lawan Persija. Bagi mereka, terutama tim-tim kecil, dapat mengalahkan Persija saja, rasanya sudah seperti menjadi juara di Indonesia.

Benar saja, Persija kewalahan menghadapi militansi Persikabo. Tampil dengan materi yang sama dengan saat melawan Persijatim, Persija takluk 1:2 oleh Persikabo di stadion Pajajaran, Bogor. 1 gol Budi Sudarsono, tidak mampu menyelamatkan Persija dari kekalahan. Masyarakat Bogor pun bersuka ria, sedang Persija dan The Jakmania tertunduk lesu. Hasil minor di dua laga awal, mulai menimbulkan kegelisahan. Tidak hanya di kalangan suporter namun juga pengurus, ofisial, dan pemain. IGK Manila meminta seluruh anggota tim untuk tetap bersikap tenang. Ini masih permulaan, begitu hibur Manila.

Di partai selanjutnya, Persija akan menjalani laga kandang pertamanya. Kali ini Persija akan menjalani 3 laga kandang berturut-turut. Diawali dengan Semen Padang, kemudian PSDS Deli Serdang, dan diakhiri dengan PSPS Pekanbaru. Semua pertandingan akan digelar di stadion Lebak Bulus, Jakarta selatan.

Sampailah pada hari saat Persija menjamu Semen Padang. Menariknya, sore itu suasana stadion Lebak Bulus, lebih mirip seperti markas Semen Padang. Masyarakat Sumatera Barat yang tinggal di Jakarta, berbondong-bondong hadir memenuhi stadion. Fanatisme kedaerahan yang kental, membuat banyak pegawai warung makan padang menutup usahanya lebih cepat, hanya untuk menyaksikan tim kebanggan mereka Semen Padang tampil di Jakarta. The Jakmania yang ketika itu masih berjumlah kurang lebih seribuan orang, menempati posisi di pojok kanan tribun sebelah timur.

Pada pertandingan yang dilaksanakan, pada tanggal 22 Januari 2001 tersebut, Persija tampil lebih baik dari dua pertandingan sebelumnya. Kali ini, Mbeng Jean sudah dapat tampil di bawah mistar gawang Persija. Semen Padang tampil percaya diri, karena didukung oleh ribuan pendukungnya. Sedang Persija tampil dengan sedikit beban di pundak, karena tekanan ingin memutus tren buruk di dua laga awal, di mana Persija hanya mampu meraih 1 poin saja.

Laga berjalan dengan alot, namun Persija sedikit lebih menguasai jalannya pertandingan. Lewat perjuangan keras, akhirnya Persija mampu memenangkan pertandingan. Dua gol yang masing-masing dicetak oleh Antonio Claudio dan Budi Sudarsono, berhasil membawa Persija maraih poin penuh pertamanya. Kemenangan yang sontak disambut gembira oleh seluruh jajaran tim Persija, dan The Jakmania. Kepercayaan diri tim pun mulai meningkat.

Di partai kandang berikutnya, pada tanggal 25 Januari 2001, Persija tampil menggila. Tim asal Sumatera yang lain PSDS Deli Serdang, menjadi korban keganasan Luciano Leandro dan kawan-kawan. Persija berpesta enam gol tanpa balas. Bintang baru Persija Budi Sudarsono, tampil on fire dengan mencetak 4 gol pada menit ke-46, 58, 84, dan 89. Setelah sebelumnya, Gendut Doni membuka pesta dengan golnya di menit ke-15. Bek sayap mungil Budiman juga tidak mau kalah, ia turut mencetak gol di menit ke-73. Angin segar pun mulai berhembus.

 

Bersambung....