Memelihara budaya yang salah
Yang sepak bola Indonesia butuhkan adalah negarawan, bukan politikus. Negarawan yang berpikir, berpendapat, dan bekerja untuk membangun sebuah pondasi yang kuat, orientasinya untuk masa depan yang lebih baik. Bukan politikus yang orientasinya hanya jangka pendek, mencari apa yang baik dan menguntungkan diri, atau golongannya saja.
Budaya "berteriak ketika merasa (merasa) dirugikan, dan diam saja ketika diuntungkan", juga harus kita kita hilangkan. Jangan terbiasa menunjuk orang lain, tanpa mau sedikitpun melihat kepada diri sendiri.
Tahun ini saya dan Persija Jakarta juara. Namun demikian saya mendukung 1000% dibentuknya tim independen, untuk "meluruskan" isu yang sudah puluhan tahun mencemari sepak bola kita ini. Bila perlu melibatkan pemerintah, dan awak media untuk melakukan “jurnalisme investigasi”, atau bahkan interpol (FIFA bekerjasana dengan interpol) dalam menyelidiki kasus ini.
Juara sejak musim pertama digulirkannya Liga Indonesia (1994) Persib Bandung, hingga juara edisi paling akhir Persija Jakarta (2018) harus diselidiki. Dibongkar dan dihukum dengan seberat-beratnya oknum yang terlibat, dan degradasikan yang klub yang (terbukti) pernah melakukan tindakan pengaturan gelar juara.
Sebaliknya bersihkan nama PSSI, PT Liga dan klub-klub yang pernah menjadi juara, jika memang tidak ditemukan fakta mengenai pengaturan gelar juara, seperti yang disangkakan.
Saya pikir ini langkah yang fair. Saling tuduh, dan saling tuding diantara kita sendiri tidak lah menyesaikan masalah. Tanda tanya besar itu harus dibersihkan, demi integritas sepak bola Indonesia, dan untuk liga Indonesia yang lebih bermartabat.
Menuduh adanya pengaturan juara sudah barang tentu menyakiti dan melukai hati para pelaku (pemain, dan pelatih), yang sudah bekerja keras selama setahun penuh. Namun membiarkan isu ini terus menghantui kompetisi selama puluhan tahun, jelas tidak dapat dikatakan benar.
Pertanyaan menariknya adalah, apakah saya tahu dengan hal-hal aneh yang terjadi di sepak bola kita? Hmmm 20 tahun berkecimpung di sepak bola Indonesia, bohong jika saya tidak tahu.
Namun demikian toh saya akan tetap diam, saya baru akan berbicara ketika memang dibentuk tim investigasi mengenai masalah ini secara resmi. Mengapa? karena setiap kesaksian yang berkaitan dengan hal sesensitif ini harus disampaikan dengan sangat hati-hati, dan dapat dipertanggungjawabkan. Agar dapat di-file-kan dengan rapi untuk kepentingan penyelidikan.
Jadi tunggu apa lagi? saya yakin banyak pelaku sepak bola Indonesia yang bersedia, layak, dan harus dimintai keterangan.
Bersambung….