Keesokan harinya saat latihan pagi selesai, sebelum berdoa. Om Benny sempat mengingatkan kepada seluruh pemain, agar menjaga jam istrirahat dengan baik. “Jangan mentang-mentang internet gratis, kalian main laptop sampai jam 1 pagi, kalau para pelatih ngga apa-apa, karena kami khan ngga main bola” tegas beliau kepada kami saat itu…
Perkataan Om Benny tersebut, jelas sangat menguntungkan agen Charles Bronson. Karena semenjak itu, beberapa pemain yang dengan sengaja menerima pertemanan Charles Bronson semalam, sekarang merasa yakin jika akun tersebut memang benar milik Om Benny…
Bagi pemain yang merasa belum menerima (padahal sudah kami paksa menerima), mereka berkata “Ko dia ngga add gue ya..?? Kalo dia nge-add ngga bakalan gue terima lah” kata beberapa pemain tersebut, sambil tersenyum mengejek yang sudah terlanjur menerima Charles Bronson sebagai teman. Melihat hal tersebut saya dan Ponaryo hanya tertawa dalam hati…
Untuk mempertegas keadaan, saya dan Ponaryo menemui pelatih fisik Timnas yaitu Oktavianus Matakupan. Kami berinisiatif menceritakan hal yang semalam kami lakukan. Tujuannya adalah agar jika ada pemain yang menanyakan keberadaan akun tersebut, maka Bung Oktaf (begitu biasa dia kami sapa) kami paksa untuk mengatakan jika itu benar milik Om Benny. Karena kami yakin pasti ada pemain yang penasaran dan menanyakan kepada staff pelatih. Satu hal yang kami garis bawahi kepada Bung Oktaf, yaitu “Jangan sampai Om Benny tahu mengenai hal ini”…
Dan ternyata Bung Oktaf menjalankan tugasnya dengan sangat baik, setiap pemain dibuat percaya dengan keberadaan Om Benny di Facebook tadi. Dan pemain yang merasa belum menerima pertemanan Charles Bronson tadi pun, masih dengan puasnya tertawa mengejek, karena mereka merasa terlepas dari pengawasan Om Benny…
Malam berikutnya, setelah selesai makan malam, seperti biasa seluruh pemain kembali ke kamar masing-masing, saat itu saya melihat segerombolan pemain berjalan menuju kamar Charis Yulianto, dan tanpa ragu saya dan Ponaryo pun mengikuti di belakang rombongan tersebut..
Apartemen ini ditempati oleh 4 pemain, yaitu Ismed Sofyan, Erol Iba, Charis Yulianto dan Firman Utina. Selain mereka, saat itu di ruang tamu juga terdapat Arif Suyono, Elly Aiboy, Ferry Rotinsulu, Haryono, saya dan Ponaryo. Suasana kamar ini seharusnya cukup ramai, akan tetapi apa yang terjadi adalah setiap orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ismed, Erol, Charis dan Firman sibuk dengan laptopnya. Arif, Ferry, Elly dan Haryono sibuk dengan permainan Play Station. Sedang kami berdua, sibuk menghabiskan stok buah-buahan yang berada di kulkas apartemen mereka ini, toh yang punya kamar juga tidak peduli, atau tidak menyadarinya kata yang lebih tepat he he he he..
Jam menunjuk pada angka 11 malam itu, dan mereka pun masih sibuk dengan urusan masing-masing. Tiba-tiba masuk fisioterapis kami yaitu Nizar, dia datang untuk melakukan perawatan kepada Firman Utina, yang memang sedikit cedera. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepala saya, dan sayapun berbisik kepada Ponaryo “Yok ini adalah saat yang tepat untuk Charles Bronson beraksi”, Ponaryo pun mengangguk, dan kemudian kami pun pamit untuk pulang ke kamar kami…
Sesampainya di kamar, saya pun menyalakan laptop butut kesayangan saya, dan Charles Bronson pun mulai hadir di dunia maya. Setelah itu kami menyalakan chat room akun facebook Charles Bronson, seketika kami melihat bebarapa pemain sedang online juga di sana, sebut saja Firman, Charis, Ismed, Eka, Maman, Nova dan Ricardo…
Melihat para pemain yang online maka kami memilih mengirim pesan melalui chat kepada Firman yang berisi begini “Istirahat ngana, jangan main komputer terus joo….!!!!!”. Mengapa kami pilih Firman, pertama, Firman dikenal dekat dengan om Benny, karena memang berasal dari kampung yang sama. Kedua, Firman adalah salah satu pemain yang tidak merasa menerima Charlos Bronson sebagai teman, padahal sebenarnya telah kami paksa untuk menerima…
Sebelum mengirim pesan tadi, Ponaryo berinisiatif mengganti foto profil Om Benny dengan foto lain Om Benny yang lebih jelek (maaf, sedang marah). Saat itu saya sempat bertanya “Ngapain diganti Yok..??”, “Udah ntar lo juga tahu” jawab Ponaryo. Setelah beberapa saat mencari di Google, akhirnya dia menemukan sebuah foto Om Benny, yang nampak sedang marah di bangku cadangan pemain. Tanpa ragu kami pun memasangnya…
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba akun Firman Utina offline, dan mengilangnya Firman segera diikuti oleh para pemain yang lain. Satu per satu akun para pemain yang tadi online tiba-tiba berguguran. Melihat kenyataan itu, saya dan Ponaryo pun tertawa berguling guling di tempat tidur, tidak lama kemudian terdengar suara orang berlarian di lantai bawah (Kamar Firman 1 lantai di bawah kami). Dan tawa kami pun semakin tak tertahankan lagi…
Karena rasa ingin tahu kami, maka kami berinisiatif memanggil si Nizar fisioterapis yang tadi berada di TKP (Tempat Kejadian Perkara), alasan kami saat itu adalah untuk meminta perawatan. Saat Nizar masuk kamar kami, Ponaryo tengah mengutak atik laptop saya, kata pertama yang keluar dari mulut si Nizar adalah “Heh Yok, jangan main internet mulu, tadi si Firman ditegur Om Benny”, perkataan tadi membuat muka kami memerah menahan tawa, dan kemudian si Nizar pun menceritakan kronologis kejadiannya..
Nizar: Tadi pas lagi online di Facebook, tiba-tiba Firman ditegor Om Benny pake nama Charles Bronson..
Kami: Ah yang bener lo, emang dia bilang apa Zar..??
Nizar: Tau, tapi pokoknya intinya suruh istirahat. Saking kagetnya Firman langsung lompat sampe lututnya kena meja dan meringis guling-guling di lantai. Trus yang lain jadi matiin laptop semua dan balik ke kamar masing-masing…
Kami: Nah, katanya dia belom temenan ama si Bronson Zar..??
Nizar: Itu dia yang bikin Firman kaget, mana fotonya om Benny jelek banget lagi melotot. Firman bilang “ko tiba-tiba dia bisa jadi temen gue ya. Perasaan, gue ngga pernah nerima dia”..
Kami: Wah berarti si Bronson jago banget main facebooknya Zar, sampe bisa nyusup-nyusup gitu. Trus yang pada main PS masih Zar..??
Nizar: Firman juga bilang begitu.. Apaan.. udah bersih sekarang pada lari kabur semua..
Penjelasan tadi, membuat saya dan Ponaryo tertawa terpingkal-pingkal, bahkan Ponaryo sambil berguling-guling, sampai harus membuka baju karena keringatnya bercucuran. Dan sayapun memilih membuka jendela dan melepaskan tawa saya ke luar. Melihat kelakuan kami, si Nizar jadi terbengong-bengong. Tiba-tiba terdengar suara menggunakan bahasa Arab yang berasal dari kamar sebelah, sambil memukul dinding ruangan, mungkin maksudnya untuk menyuruh kami diam. Bukannya menjadi diam, tawa kami malah semakin lepas dengan kejadian tersebut. Saat itu jam menunjukkan pukul 12:03 dini hari…
To be Continue.…