“Darkness cannot drive out darkness: only light can do that.. Hate cannot drive out hate: only love can do that.” - Martin Luther King Jr.


Baru-baru ini saya sempat membaca sebuah link berita yang menurut saya sangat janggal dan cenderung aneh. Saya menerima link tersebut dari salah seorang sahabat wartawan melalui email. Berita terkait perbedaan pemahaman antara kubu PSSI Djohar Arifin dengan kubu PSSI La Nyalla, menyangkut butir-butir kesepakatan yang dihasilkan dalam rapat pertama Join Comittee (JC) yang diselenggarakan beberapa waktu lalu.


Salah satu pihak berkeyakinan jika segala sesuatu mengenai tim nasional akan diambil alih oleh Join Comittee. Baik siapa pelatihnya, cara pemanggilannya maupun siapa-siapa saja pemain yang akan dipanggil. Sedangkan pihak yang lain meyakini hal yang bertolak belakang, semua kesepakatan yang dihasilkan oleh rapat Join Comittee tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan tim nasional Indonesia.


Tentu hal ini menjadi sangat membingungkan. Jangankan masyarakat awam, saya sendiri yang dalam hal ini menjadi salah satu pelaku sepak bola pun, tidak dapat memahami apa kira-kira yang telah terjadi. Bagaimana logikanya, jika sebuah rapat yang dilaksanakan di dalam satu ruangan dan sama-sama dihadiri oleh kedua belah pihak, menghasilkan butir-butir keputusan yang berbeda antara satu dengan lainnya.


Saya menjadi semakin mengerti mengapa sejak dua tahun lalu, segala konflik yang terjadi ini tidak pernah ada titik temunya. Bayangkan saja, pertemuan Join Comittee yang saya yakin dilangsungkan dalam bahasa Indonesia saja, kedua kubu mengalami perbedaan pemahaman. Apalagi pertemuan-pertemuan sebelumnya yang dimediasi oleh AFC maupun FIFA, pertemuan yang saya yakini dilangsungkan dalam bahasa Inggris. Maka tidak heran jika butir-butir keputusan itu dapat berubah-ubah sesuai pemahaman atau lebih tepatnya keinginan yang menguntungkan masing-masing kubu.


Dalam hal ini saya tidak sedang ingin menyalahkan, membenarkan atau mengoreksi salah satu pihak, seperti seorang juri dalam acara Indonesian Idol. Akan tetapi saat ini saya hanya ingin mengajak kita semua untuk menjernihkan pikiran kita untuk sementara waktu. Kita harus ingat, bahwa di depan kita ada sebuah gelaran besar yang akan dan harus kita hadapi bersama, yaitu AFF Cup 2012. Apapun perbedaan pandangan, pemahaman maupun pemikiran di antara kita, semestinya tidak dikait-kaitkan dengan segala hal mengenai tim nasional.


Alangkah bijaksananya jika segala sesuatu yang berkaitan dengan tim nasional Indonesia menjadi sesuatu yang sakral, sehingga terpisah dari segala konflik yang terjadi saat ini. Mari kita selesaikan segala perbedaan tersebut, dengan tanpa adanya gangguan terhadap segala persiapan tim nasional menuju AFF Cup 2012, yang akan digelar pada akhir tahun ini.


Artinya biarkan semua pemain terbaik di negeri ini, baik yang bernaung di bawah bendera IPL maupun di ISL berkesempatan kembali untuk memperkuat tim nasional. Sejatinya sudah tidak ada lagi alasan dari pihak manapun untuk tidak melepas pemain-pemain tersebut, demi kepentingan tim nasional. Beberapa waktu yang lalu mungkin masih masuk akal, jika sebagian klub merasa keberatan. Berkaitan dengan terjadinya benturan jadwal antara klub dan tim nasional, serta masih samar-samarnya jalan penyelesaian dualisme yang terjadi baik di tingkatan federasi maupun klub. Atau permasalahan, apakah agenda tim nasional ini merupakan agenda resmi FIFA atau bukan?


Akan tetapi untuk saat ini apa lagi yang harus dipermasalahkan? Kedua liga baik IPL maupun ISL sudah sama-sama merampungkan jadwalnya. Segala sesuatu yang berkaitan dengan dualisme sudah, sedang, dan akan terus didiskusikan melalui lembaga gabungan yang bernama Join Comittee (JC). Belum lagi segala agenda tim nasional saat ini sudah barang tentu menjadi sesuatu yang resmi. Mengingat dilaksanakan dalam rangka persiapan menjelang gelaran akbar dua tahunan untuk negara-negara Asia Tenggara, AFF Cup 2012. Jadi di mana lagi letak permasalahannya?


Walaupun selama ini kedua belah pihak selalu saling menertawakan, mengolok-olok, atau bahkan menghujat dengan hasil buruk yang diperoleh tim nasional di era masing-masing. Akan tetapi saya yakin jika di dalam lubuk hati mereka yang paling dalam, dapat dipastikan sama-sama menginginkan sebuah tim nasional yang mampu memberikan hasil terbaik bagi bangsa ini, sehingga dapat kita sama-sama banggakan. Sudah terlalu lama bangsa ini terjerembab dalam masa-masa gelap tanpa gelar.


"Kegelapan tidak dapat mengusir kegelapan, hanya cahaya yang dapat melakukannya. Kebencian tidak dapat mengusir kebencian, hanya cinta yang dapat melakukannya.”


Setelah Piala Asia Jakarta 2007, harus kita akui jika euforia pendukung tim nasional kembali mengemuka saat berlangsungnya Piala AFF 2010. Walau hasil sebagai runner-up bukan hasil yang patut di agung-agungkan, tetapi kita tidak dapat menutup mata bahwa gelaran tersebut mampu membangkitkan kembali gelora kecintaan masyarakat terhadap tim nasional Indonesia. Maka sangat disayangkan jika semua itu menguap begitu saja, tenggelam tertelan oleh gelora ego dari pihak-pihak yang berseteru.


Di saat tim-tim pesaing kita selama dua tahun belakangan sibuk berbenah dan melakukan persiapan dengan sangat matang serta terprogram, tim nasional kita malah hanya sibuk berkutat dengan segala konflik kepentingan yang tidak tentu ujung dan pangkalnya.


Sekali lagi hasil sebagai runner-up pada 2010 memang bukan hasil yang hebat, tetapi dari segi penampilan, saya yakin kita semua sepakat bahwa tim nasional ketika itu memiliki masa depan yang cerah. Banyak pemain muda yang tampil baik dan menjadi kerangka utama tim nasional ketika itu. Bisa kita bayangkan jika saja segala konflik yang terjadi selama ini tidak masuk ke arena tim nasional, maka waktu dua tahun tersebut sudah barang tentu dapat kita manfaatkan untuk membenahi segala kekurangan yang ada di dalam tim. Dampaknya tim nasional kita akan semakin kuat dan semakin solid di segala lini.


Bangsa kita sudah terlalu lama kecewa dengan hasil yang ditorehkan oleh tim nasional. Kita sudah terlalu lama tertidur pulas dan hanya meraih sukses di dalam mimpi yang berkepanjangan. Sekarang adalah saatnya untuk membuka mata, saatnya untuk bangkit, saatnya untuk mempersiapkan diri, serta saatnya untuk saling bahu-membahu guna menyongsong tantangan terdekat yang ada di depan mata, yaitu AFF Cup 2012.


"Atas nama rasa cinta kita terhadap olah raga ini, serta untuk kebanggaan bangsa. Maka mari kita singgkirkan ego kita untuk kepentingan yang jauh lebih besar."


Tidak pernah ada kata terlambat untuk sebuah niat yang tulus serta ihklas untuk kebaikan bersama. Tidak pernah juga ada kata terlanjur untuk mengoreksi diri dan memperbaikinya, juga demi kebaikan bersama. Kegagalan demi kegagalan mungkin telah membuat kita semua kecewa. Akan tetapi dengan persatuan, kesatuan, komitmen, serta kerja keras dari semua komponen yang terkait, maka impian merengkuh gelar Piala AFF untuk pertama kali sepanjang sejarah tersebut, akan tetap terbuka lebar untuk kita wujudkan.


"Kita boleh saja kecewa dengan apa yang telah terjadi, tetapi jangan pernah kehilangan harapan untuk masa depan yang lebih baik.”


 


Selesai