Soreang, Cimahi, Kabupaten Bandung, 18 Maret 2011

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh hampir seluruh masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta, atau mungkin juga pencinta sepakbola tanah air. Hari dimana akan tersaji sebuah duel klasik, antara dua tim yang sarat akan rivalitas dan sejarah. Pertarungan antara dua macan, Persib Maung Bandung melawan Macan Kemayoran Persija Jakarta. 

Sebuah partai yang selalu panas, baik di dalam maupun di luar lapangan. Pertandingan ini adalah pertemuan kedua bagi Persija Jakarta dan Persib Bandung, di kompetisi Liga Super Indonesia musim 2010/2011. Pertandingan sendiri akan digelar di stadion Si Jalak Harupat, kandang Persib Maung Bandung.

Waktu menunjukkan pukul 07:40 pagi, saat saya terbangun di salah satu kamar di hotel Saung Bilik, Soreang, Kabupaten Bandung. Udara dingin khas tanah pasundan, membuat badan saya serasa ingin kembali masuk kedalam selimut. Saat saya membuka tirai jendela, nampak beberapa pemain tengan duduk-duduk di depan teras kamar masing-masing.

Beberapa pemain tengah menyiapkan perlengkapan perang mereka, seperti sepatu, pelindung kaki dll. Beberapa lagi tengah menikmati kopi, teh atau kue sambil membaca koran pagi. Bagi sebagian pemain, ini adalah pengalaman pertama mereka bermain melawan Persib Bandung di kandang lawan. Oleh karena itu, cukup wajar jika beberapa wajah nampak sedikit tegang.

Di depan deretan kamar-kamar kami, terdapat sebuah taman. Ditengah taman terdapat hamparan rumput nan hijau yang nampak cukup terawat. Seorang tukang taman terlihat tengah menyiram dan menyiangi rumput tersebut. Di salah satu sudut taman tertancap sebuah papan bertuliskan, "Dilarang menginjak rumput".

Melihat pemandangan tersebut, seketika merangsang sensor saraf-saraf kegilaan saya. Seketika sayapun membuka pintu dan berteriak, "Heeeiiiii, kamu tidak bisa membaca atau tidak bisa melihat..!!!", teriak saya kepada si tukang taman. Sontak hal tersebut membuat para pemain kaget dan bertanya-tanya, ada apakah gerangan si kapten marah pagi-pagi.

Si tukang tamanpun terperanjat, dengan muka kebingungan dia menjawab, "Iya kenapa kang?". Saya kembali bertanya dengan nada yang keras, "Iya kamu itu bisa baca apa tidak.?". Masih dengan raut wajah kebingungan, si tukang taman pun kembali menjawab, "Iya saya bisa, ada apa ya?".

"Kalo kamu bisa membaca kenapa kamu disitu", tanya saya lagi. Si tukang tamanpun semakin kebingungan. Para pemain yang berada di teras kamar masing-masingpun tak kalah heran melihat adegan tersebut.

Dengan satu tangan bertolak pinggang, dan satu tangan lagi menujuk ke arah rumput, sayapun berkata, "Coba baca baik-baik tulisan itu, dilarang menginjak rumput". Mendengar ucapan saya tersebut, para pemainpun tertawa. Dengan sedikit ragu-ragu serta tersenyum kecut, si tukang taman pun menjawab, "Kan saya yang ditugasi untuk ngerawat rumput dan taman ini, yang masang tulisan juga saya". 

Leo Saputra yang ketika itu tengah menikmati secangkir kopipun berteriak, "Buset mis (kumis) kalo gila mah yang sedeng-sedeng ajaaaa". "Setreess lo ya, nyawa belom ngumpul udah marah-marah", sambung Ismed Sofyan. Dan kami semua termasuk si tukang tamanpun tertawa. Alhasil suasana yang tadinya tegang berubah mencair.

Sebagai pemain senior saya, Leo dan Ismed selalu berusaha untuk membuat suasana jelang partai penting ini se-rileks mungkin. Memberikan joke-joke ringan, agar para pemain tidak terlalu terbebani. Mencoba untuk membuat para pemain menikmati suasana, dengan tanpa mengurangi berkonsentrasi mereka menuju sebuah pertandingan besar.

Ini menjadi penting, mengingat nantinya sejak berangkat dari hotel dengan menaiki rantis barracuda menuju stadion. Hingga kembali lagi ke hotel setelah pertandingan, yang akan kami alami adalah teror, teror dan teror dari para pendukung Persib Bandung.

Bagi mereka yang baru pertama kali merasakannya, pasti nyalinya akan sedikit ciut. Akan tetapi bagi para pemain yang sudah berkali-kali mengalaminya, maka sejujurnya hal tersebut malah menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan. Detik-demi detik yang terlewati, akan membuat anda semakin termotivasi untuk menunjukkan kepada mereka, siapa yang terbaik diatas lapangan nanti.

Malam itu didepan puluhan ribu bobotoh yang memadati stadion Si Jalak Harupat, Persib Bandung nampak begitu percaya diri dan bernafsu untuk membalas kekalahan 3:0 pada putaran pertama di Jakarta. Penonton yang hadirpun nampak begitu yakin, jika malam ini kami Persija Jakarta akan tersungkur.

Sebelum bertanding saya berkata kepada pasukan saya: 

"Kalian lihat, begitu luar biasanya atmosfer malam ini. Ingat yang menjadi tanggung jawab kita adalah 90 menit di dalam area lapangan, diluar itu bukanlah tanggung jawab kita. Penonton hanya bisa berteriak tanpa bisa menyakiti,  jadi tetap fokus terhadap apa yang menjadi tugas kita disini. Konsentrasi, saling mengingatkan, bermain sederhana, dan tidak ada saling menyalahkan. Malam ini  kita buktikan kepada mereka, jika kita adalah tim yang lebih baik".

Malam itu pressure yang luar biasa dari penonton, tidak sedikitpun mempengaruhi kinerja tim Persija Jakarta. Bahkan ketika kami dapat bermain dengan sabar dan mendominasi pertandingan, pressure penonton tersebut berbalik menjadi sebuah beban berat bagi Persib Bandung sebagai tuan rumah.

Hasilnyapun seperti yang kita ketahui bersama. Malam itu untuk kesekian kalinya, Persija Jakarta kembali dapat mencuri 3 poin dari markas Persib Bandung. Skor 3:2 menjadi hasil akhir dari partai penuh drama tersebut. Tiga gol Persija Jakarta, dua melalui saya dan satu dari Oliver Makor, hanya dapat dibalas oleh dua gol Persib Bandung, melalui Shohei Matsunaga dan Abanda Herman. 

Sepanjang perjalanan pulang dari stadion menuju hotel, kamipun tertawa dan bercanda di dalam mobil rantis barracuda. Saya juga masih ingat ketika itu, saya sempat menulis status twitter saya sebagai berikut, "Lapor jenderal, kota Bandung dapat kembali kami kuasai. Laporan selesai".

Jakarta, 20 Juni 2013.

Dua hari lagi partai sarat gengsi itu akan kembali digelar, kali ini Persija Jakarta yang akan bertindak sebagai tuan rumah. Pertandingan itu sendiri digelar bertepatan dengan hari jadi kota Jakarta yang ke 486. Anak-anak Macan Kemayoran sudah pasti tidak ingin mengecewakan para pendukungnya. Apalagi hasil buruk melawan Persib Bandung di Jakarta, sudah pasti akan menodai pesta ulang tahun yang akan digelar di seantero kota Jakarta.

Di sisi lain Persija sendiri pasti ingin membalas kekalahan mereka pada putaran pertama lalu. Serta hal yang paling penting, Persija Jakarta tentu ingin menjaga tradisi tidak pernah kalah dari Persib Bandung di Jakarta. Tiga poin dari partai sabtu nanti, juga otomatis akan membawa pasukan Macan Kemayoran semakin memperbaiki posisi di papan klasemen.

Fakta-fakta di atas sudah barang tentu akan membuat adrenalin anak-anak Jakarta semakin meninggi. Namun satu hal yang sangat disayangkan, pertandingan sendiri harus dilangsungkan tanpa penonton. Entah apa yang ada di benak bapak-bapak polisi tersebut.

Itulah mengapa saya menceritakan sebuah cerita lucu di awal artikel ini. Sebuah cerita yang bertujuan untuk sekedar mengingatkan kepada rekan-rekan pemain Persija Jakarta. Bahwa seberat apapun pressure dari pertandingan sabtu besok, mereka harus tetap menikmati setiap detik dari pertandingan itu sendiri. 

Jangan jadikan semua pressure di atas, sebagai sebuah beban yang berkebihan. Karena peraturan pertama dalam sepakbola adalah, "Sepakbola harus dimainkan dengan hati yang gembira". Berkonsentrasi tidak harus serta-merta membuat diri kita menjadi terbebani. Buatlah diri kita se-rileks mungkin, namun tetap fokus kepada tujuan di depan kita.

Percaya kepada diri sendiri, teman, pelatih serta seluruh komponen di dalam tim. Lakukan segala sesuatunya sama persis seperti apa yang sudah menjadi kebiasaan. Bersikap, bereaksi, dan bertarunglah sebagai sebuah tim. Jika semua sudah dipersiapkan dengan sedemikian rupa secara rapi, maka Insya Allah tradisi itu akan dapat kita jaga. Mari kita selesaikan secara adat.

“Revenge is a dish that tastes best when served cold.” - Mario Puzo, The Godfather.

Selesai...