Kontroversi tentang ketua PSSI Nurdin Halid terus bergulir. Keputusan Nurdin untuk bertahan di posisinya sebagai ketua dari organisasi tertua di Indonesia ini banyak mendapat kritik serta cemoohan dari berbagai pihak. Keputusan itu dinilai sebagai sebagai ego yang berlebihan, tak tau diri serta akan menurunkan harkat dan martabat PSSI. Mereka merasa organisasi sebesar dan sepopuler PSSI tidak pantas dipimpin dari balik terali besi, mereka menilai masih banyak figur yang pantas dan berkemampuan untuk memimpin organisasi yang juga merupakan alat perjuangan di masanya ini. Akan tetapi tidak sedikit pula kalangan yang tetap mendukung keberadaan Nurdin karena mereka menilai selagi program-program dari PSSI masih tetap berjalan sesuai dengan rencana serta tujuannya, Nurdin masih pantas memimpin.
Ketika kita menilai pantas atau tidak pantasnya serta mampu atau tidak mampunya seseorang menjadi hal yang menarik, karena untuk memimpin organisasi sebesar PSSI yang memiliki masalah-masalah yang sangat kompleks dibutuhkan seorang figur yang tidak hanya harus mengerti sepak bola akan tetapi juga harus mempunyai waktu serta suatu hal yang tidak kalah penting, yaitu latar belakang dana yang memadai. Ini merupakan tiga hal dasar yang wajib dimiliki oleh seseorang yang pantas memimpin PSSI. Selama ini kita terpaku pada urutan yang salah dengan menempatkan pendanaan diurutan terdepan sehingga kita selalu menempatkan konglomerat-konglomerat di negeri di urutan paling atas sebagai ketua PSSI, karena di Indonesia sepakbola belum mampu menjadi komoditi bisnis yang menghasilkan uang sehingga ketua umum harus rela mengeluarkan dana pribadi untuk menjalankan program-programya. Walaupun dari segi waktu dan pengetahuan tentang sepak bola mereka sangat minim atau malah tidak ada sama sekali. Terlepas dari status Nurdin yang sementara ini berada dalam tahanan, sebenarnya beliau menurut saya adalah figur yang paling tepat untuk memimpin PSSI. Kalau dilihat dari 3 unsur di atas Nurdin Halid adalah figur paling sesuai. Dari segi pengetahuan sepak bola saya rasa tidak perlu diragukan karena sebelum menjadi ketua PSSI, Nurdin merupakan manager tim PSM Makassar yang berhasil membawa PSM menjuarai Ligina V dan juga sempat berkiprah sebagai ketua BTN (Badan Tim Nasioanl). Dari segi waktu sebenarnya Nurdin juga sangat available, setelah tidak lagi menjabat sebagai anggota DPR RI, tentunya Nurdin Halid mempunyai waktu yang lebih banyak untuk mengurus PSSI. Dan untuk yang terakhir masalah pendanaan, saya rasa ini juga bukan suatu masalah yang besar untuk seorang Nurdin Halid yang mempunyai latar belakan pengusaha. Terlebih lagi, Nurdin Halid dikenal sebagai pribadi yang mempunyai ambisi yang sangat besar dalam memajukan persepakbolaan di negeri ini, dan akan berusaha semaksimal mungkin merealisasikan ambisi tersebut. Menjadi tuan rumah Piala Asia 2007 adalah salah satu contohnya.
Melihat semakin derasnya tekanan terhadap Ketua Umum PSSI Nurdin Halid, baik dari dalam negeri melalui beberapa anggotanya maupun dari luar negeri dalam hal ini AFC dan FIFA sebagai induk tertinggi persepakbolaan Asia dan dunia, tentunya PSSI sendiri harus segera menentukan sikap. Mempertahankan Ketua Umum Nurdin Halid dengan resiko mengorbankan persepakbolaan Indonesia tentu bukan langkah yang bijaksana, saya rasa dengan desakan dan keharusan dari AFC maupun FIFA untuk segera melakukan pergantian, tentunya sebagai seorang “Pendekar Bola Sejati” Nurdin halid akan mampu dengan jiwa besar dan legawa untuk mundur sementara. Saya sendiri yakin bahwa sikap ketua umum yang tetap bersikeras menjabat didasari oleh sesuatu yang baik, akan tetapi dengan mundur untuk sementara dan mencalonkan kembali suatu saat nanti jika masalah yang menimpa beliau telah selesai, terasa lebih bijaksana. Dan saya yakin Bapak Ketua Umum yang terhormat akan mampu dengan ihklas menerimanya. Sekarang tinggal bagaimana kita mencari figur pengganti yang sepadan dengan kualitas seorang Nurdin Halid. Jangan hanya karena memiliki dana yang melimpah akan tetapi seseorang yang harus mengerti tentang sepakbola dan juga mempunyai waktu untuk mengurus organisasi sebesar PSSI. Mari kita duduk bersama, hilangkan ego dan segala kepentingan agar mampu berpikir secara dingin dan bijaksana dalam mencari solusi terbaik guna menyelesaikan permasalahan persepakbolaan di negeri ini..