SOFYAN Hadi bukan sosok asing bagi Persija. Pelatih asli betawi kelahiran Tabanan, Bali, tersebut jugalah legenda Persija. Sebagai pemain, Sofyan Hadi pernah membawa Persija juara perserikatan pada tahun 1973, 1975, dan 1979. DNA Persija berada dalam darahnya, dan kecintaannya kepada Persija tidak perlu diragukan lagi. Beruntung permasalahan mengenai pelatih, dapat segera diselesaikan. Persija pun segera mempersiapkan diri, untuk menjalani lawatan penuh gengsi ke kota Bandung.

Hal pertama yang dilakukan oleh IGK Manila adalah mengumpulkan seluruh pemain dan ofisial tim. Pertemuan dilakukan di ruang meeting di lantai 2 asrama Menteng. Tujuannya adalah untuk mengetahui isi hati setiap personil di dalam tim, terutama para pemain, hingga seakan tidak lepas dalam bermain. Satu per satu pemain pun menyampaikan uneg-unegnya, terjadi juga saling koreksi antar pemain tentu tujuannya untuk kebaikan tim. Suasana antar pemain sempat sedikit memanas, namun masih dapat dikendalikan.

Perjalanan Persija di tangan Sofyan Hadi pun dimulai. Hari itu, tanggal 11 Februari 2001, stadion Siliwangi penuh sesak oleh pendukung “Maung Bandung”. Seantero stadion berubah menjadi warna biru. Persib adalah salah satu kekuatan sepakbola Indonesia yang sangat disegani kala itu. Persib Bandung adalah juara edisi terakhir perserikatan 1993/1994, sekaligus juara edisi pertama liga Indonesia 1994/1995.

Pertandingan yang dipimpin oleh wasit Suwartono berlangsung keras. Sepanjang pertandingan, para pemain Persija dihujani oleh teror dari para pendukung fanatik Persib. Panasnya atmosfer pertandingan membuat Khair Rifo dan Budiman mendapatkan kartu kuning, sedang dari kubu Persib ada Mulyana. Bertanding di bawah teror yang luar biasa, ternyata membuat anak-anak “Macan Kemayoran” malah tampil lepas. Entah mengapa, dalam kondisi apa pun, Persija selalu mampu tampil ngotot dan militan saat melawan Persib. Sore itu, dibawah guyuran hujan gerimis, dalam pertandingan yang luar biasa ketat, Persija dapat mengandaskan Persib dengan skor 1:0 di markas mereka, stadion Siliwangi. Gol Persija dicetak oleh Widodo Cahyono Putra, pada menit ke-36.

Poin penuh dari Bandung, membuat kondisi psikologis punggawa Macan Kemayoran membaik. Berikutnya dua laga kandang sudah menunggu di depan mata, Persikab Kab. Bandung dan Persiraja Banda Aceh akan menjadi lawan Persija di Lebak Bulus. Menyadari jika inkonsistensi permainan Persija terjadi karena minimnya rotasi pemain, Sofyan Hadi pun mulai mencoba pemain-pemain lain yang sebelumnya lebih banyak duduk di bangku cadangan. Khair Rifo, Joko Kuspito, Aris Indarto, Deddy Umarella, dan bambang Pamungkas pun mulai diberi kesempatan untuk bermain.

Hasilnya Persija tampil kesetanan saat menjamu Persikab, pada tanggal 18 Februari 2020, di Lebak Bulus. 5 gol bersarang ke gawang anak-anak “Dalem Bandung”, yang sore itu dikawal oleh penjaga gawang kawakan Gatot Prasetyo. Budi Sudarsono kembali menjadi kunci kemengan Persija, dengan gol-golnya di menit ke-56, 69, dan 85. Dua gol lain dicetak oleh Luciano Leandro menit ke-53, dan Ebanda Timothy menit ke-80.

Pada pertandingan selanjutnya, tanggal 28 Februari 2001, walau pun tidak tampil sebaik saat menghadapi Persib maupun Persikab, Persija tetap mampu meraih 3 poin dari tamunya, Persiraja Banda Aceh. Kali ini, pemain spesial Persija Widodo Cahyono Putra kembali menjadi pahlawan. Mengulangi torehannya di stadion Siliwangi, Widodo membawa Persija memang melalui golnya di menit akhir pertandingan. Tiga kemenangan berturut-turut, membuat posisi Persija mulai merangkak naik, di papan klasemen.

Pada pekan ke-10 dan 11 Persija akan menjalani dua partai tandang yang cukup berat, yaitu bertamu ke Bandar Lampung untuk menghadapi PBSL, dan bertandang ke Tangerang untukj bertemu “Bayi Ajaib” Persikota Kota Tangerang. Setelah di sembilan pertandingan awal disimpan di bangku cadangan, Sofyan Hadi mulai memainkan Bambang Pamungkas sejak awal pertandingan.

Pertandingan melawan PSBL di stadion Pahoman, Bandar Lampung, tanggal 11 Maret 2001, adalah debut Bambang Pamungkas tampil sejak menit pertama musim itu. Bambang didapuk mendampingi Budi Sudarsono di lini depan. Kepercayaan yang kemudian dibalas dengan penampilan apik oleh Bambang. Persija berhasil mengandaskan perlawanan PSBL dengan skor 3:2. Bambang mencetak dua gol di menit ke-17, dan 34. Satu gol lagi dibuat Budi pada menit ke-68. PSBL hanya mampu membalas dua gol melalui Iyai menit ke-19, dan legium asing mereka Cortez dari titik putih menit ke-89. Persija pun berhasil mengamankan tiga poin dari kota Bandar Lampung.

Tugas di Bandar Lampung tuntas, tim langsung bergerak menuju Tangerang. Persikota juga bukanlah tim sembarangan. Tim ini dijuluki “Bayi Ajaib” tanpa alasan, walau pun termasuk pendatang baru di kancah tertinggi sepakbola tanah air, Persikota mampu tampil mengejutkan. Di bawah asuhan pelatih Sutan Harhara, musim lalu tim ini mampu melaju hingga semifinal, sebelum kalah dari Pupuk Kalimantan Timur. Jadi tugas Persija tidak akan lebih mudah, dari ketika mereka bermain di Bandar Lampung.

Di stadion Benteng, Sofyan Hadi kembali melakukan rotasi pemain. Bambang Pamungkas yang tampil bagus di Lampung tetap mengisi lini depan, namun kali ini Budi Sudarsono diistirahatkan. Tandem lini depan dipercayakan kepada Gendut Doni. Aris Indarto dan Khair Rifo juga tampil sejak awal pertandingan. Strategi yang kembali sukses, Persikota pun berhasil ditekuk 2:1 di kandangnya. Bambang kembali mencetak gol di menit ke-3, satu gol lagi disumbangkan oleh Budiman menit ke-88. Sedang gol Persikota dicetak melalui kaki Francis Yonga menit ke-50.

Lima kemenangan berturut-turut, membuat Persija merangsek ke puncak klasemen. Situasi dan kondisi tim pun semakin kondusif. Rotasi pemain di lima pertandingan, semenjak Sofyan Hadi memegang kendali tim terbukti jitu. Setiap pemain merasa memiliki peran dalam tim. Siapa yang paling siap baik secara fisik dan mental, dialah yang akan turun bermain. Semua pemain merasa puas dengan keputusan yang dibuat Sofyan Hadi.

Sebelas pertandingan sudah dilewati, tersisa dua pertandingan lagi untuk menyelesaikan putaran pertama. Dua pertandingan sisa, akan dilaksanakan di stadion Lebak Bulus kandang Persija. Dua tim asal Sumatera PSP Padang dan PSMS Medan, akan menjadi lawan selanjutnya. Di atas kertas PSMS adalah lawan yang lebih berat. Tidak hanya dari sisi tehnis namun juga sejarah masa lalu. Baik Persija maupun PSMS pernah sama-sama menguasai kompetisi era perserikatan.

Rabu, 21 Maret 2001, Persija pun berhadapan dengan PSP Padang. Kali ini, pertandingan dipimpin oleh wasit Aeng Suarlan. Jumlah The Jakmania yang menghadiri pertandingan semakin banyak. Kemenangan demi kemenangan, ternyata mampu menarik minat penonton, untuk hadir ke stadion. Pada pertandingan kali ini, Budi Sudarsono kembali dipercaya untuk tampil sejak awal. Bambang Pamungkas yang selalu mencetak go di dua pertandingan sebelumnya, tetap bermain sebagai starter.

Duet Bambang dan Budi tampil kompak dan bagus sore itu. Menit ke-25 Budi berhasil membawa Persija unggul memalui solo run khasnya. Meliuk-liuk melewati penjagaan pemain belakang lawan, Budi sukses memperdaya penjaga gawang dan menceploskan bola ke dalam jaring PSP Padang. Tidak mahu kalah dengan tandemnya, melalui sundulan kepala hasil umpan Luciano Leandro, Bambang juga mencetak gol di menit akhir babak pertama.

Di babak kedua pertandingan berjalan monoton, Sofyan Hadi menarik beberapa pemain utama untuk memberikan jam bermain bagi pemain yang lain. Keputusan itu, juga untuk memberikan waktu istirahat kepada mereka, sebelum menghadapi partai bergengsi melawan PSMS Medan, empat hari kemudian. Tidak ada tambahan gol di babak kedua, skor tetap 2:0 untuk kemenangan Persija.

 

Bersambung....