PADA 5 pertandingan awal, Persija tampil dengan starting line up yang sama. Bambang Pamungkas yang musim lalu menjadi goal getter utama dan top skor Liga Indonesia, lebih banyak duduk di bangku cadangan. Ia hanya tampil sesekali di akhir pertandingan, tanpa mampu mencetak sebiji gol pun. Andi Lala lebih mempercayakan lini depan kepada Budi Sudarsono, Gendut Dony, atau Widodo Cahyono Putra.
Rasa percaya diri yang tinggi menyelimuti kubu Persija, saat menghadapi PSPS Pekanbaru di pekan ke-6. Dua kemenangan sebelumnya, membuat mereka yakin dapat menggulung PSPS, di Lebak Bulus. Sayang, Persija malah tampil tanpa determinasi. Lima pertandingan yang harus dijalani dalam kurun waktu 17 hari, membuat para punggawa Persija kelelahan. Segala daya dan upaya sudah dilakukan, namun hasilnya tetap tidak menggembirakan. Skor 0:0 pun harus diterima oleh Persija. Di tribun stadion Lebak Bulus, the Jak mania mulai menyuarakan ketidakpuasan, terhadap kinerja pelatih Andi Lala.
Di 2 pekan berikutnya, Persija akan melakoni dua partai tandang yang cukup berat. Menghadapi Persita di stadion Benteng, Tangerang, dan melawat ke Bandung untuk bertemu Persib Bandung, di stadion Siliwangi. Persita yang ketika itu diasuh oleh Benny Dollo, merupakan salah satu tim kuat di Indonesia. Mengandalkan duet striker muda Ilham Jayakesuma dan Zaenal Arif, serta ditopang oleh gelandang serang kreatif Firman Utina, mereka tampil apik di awal liga. Sedang Persib Bandung tidak perlu dibahas lagi, pertemuan kedua tim selalu menjadi laga yang penuh gengsi, dengan tensi yang sangat tinggi.
Persija mengawali lawatan dengan bertemu Persita di stadion Benteng, pada tanggal 7 Februari 2001. Benar saja, Persita yang tampil percaya diri di depan pendukungnya, mendominasi jalannya pertandingan. Sedang Persija lebih banyak bertahan, dengan sesekali keluar menyerang. Lima kartu kuning keluar dalam pertandingan tersebut. Olinga Atangana, Anwar Panda dari Persita dan Nuralim, Luciano Leandro, serta Gendut Doni dari Persija. Pertandingan yang dipimpin oleh wasit M. Saugi tersebut, berakhir dengan kemenangan Persita, melalui gol semata wayang dari sepak pojok Uci Sanusi pada menit ke-65.
2 kemangan, 2 hasil seri, dan 2 kekalahan di 6 pertandingan, membuat suasana di kubu Persija bergejolak. Desakan kepada Andi Lala untuk mundur dari suporter, semakin kencang. The Jakmania meminta Persija untuk menunjuk kembali Ivan Kolev. Dan suasana pun memanas. Sempat terjadi “kegaduhan” kecil, antara Andi Lala dengan The Jakmania di stadion Menteng. Beruntung dapat diredam oleh IGK Manila. Kondisi tersebut, membuat suasana di Menteng menjadi tidak kondusif, pemain tegang dan tidak enjoy dalam menjalani latihan.
Desakan keras dari suporter tersebut membuat IGK Manila, Irawan Ajidarmo, dan Andi Lala pun berembuk. Mulanya Manila meminta Andi Lala untuk istirahat sejenak, dengan menjadi direktur tehnik. Namun sebagai orang Makassar yang berwatak keras, Andi Lala lebih memilih untuk mundur dari jabatannya.
Memulangkan Ivan Kolev jelas bukan perkara mudah, tugasnya sebagai pelatih tim nasional U-23 Bulgaria tidak mungkin ia tinggalkan. Sedang untuk mencari pelatih baru jauh lebih sulit lagi, hampir semua pelatih berpengalaman yang ada sudah menahkodai klub-klub lain.
Di tengah kesulitan untuk mencari pelatih baru, akhirnya Persija memutuskan untuk memaksimalkan potensi yang ada di dalam tim. Maka ditunjuklah Sofyan Hadi sebagai pelatih kepala, menggantikan posisi Andi Lala. Posisi asisten pelatih kemudian dipercayakan kepada Isman Jasulmei, mantan pemain Persija era 90an yang ketika itu aktif di klub internal. Sedang pelatih kiper, tetap ditempati oleh Arjuna Rinaldi.
Maka pada pertandingan berikutnya, saat melawat ke markas “Maung Bandung”, Persija pun mulai dipimpin oleh nahkoda baru yaitu Sofyan Hadi.
Bersambung....