SEBUAH obrolan singkat, terjadi dalam sebuah lift di salah satu mall di bilangan SCBD, Jakarta Selatan. Dengan nada setengah menebak, tiba-tiba seseorang menyapa saya, “Mas Bepe ya?”. “Betul”, jawab saya yang memang tengah bermasker dan menggunakan topi. “Piala Dunia U17 kira-kira gimana Mas?”, tanyanya lagi. Secara singkat, saya pun pertanyaan tersebut dengan apa yang ada dalam benak saya.

Mendengar jawaban saya, orang tersebut nampak kurang puas. Dengan nada penuh semangat dan sedikit meragukan rasa nasionalisme saya, dia berkata, “Final lah Mas, masak udah jadi tuan rumah ngga bisa masuk final. Sayang pelatihnya bukan STY”. Kemudian dengan tanpa keinginan untuk berpanjang lebar, saya pun menjawab “Aamiin”. Tak lama berselang pintu lift terbuka, dan kami berpisah tujuan.

Anda sekalian mungkin bertanya-tanya, apa gerangan jawaban saya hingga orang tersebut terkesar meragukan nasionalisme saya. Sabar dulu, sebelum sampai kesana, ijinkan saya untuk membuat pengantar tulisan terlebih dahulu. Agar apa yang ingin saya sampaikan ini lebih runut, sehingga semoga menjadi lebih mudah untuk dipahami.

 

Berkah Mundurnya Peru

Akhirnya penantian panjang itu pun usai. Setelah sebelumnya kita sempat kecewa, dengan dibatalkannya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. Akhirnya keinginan kita untuk menggelar event akbar sepak bola sekelas Piala Dunia pun dapat terwujud. Mendapat berkah dari mundurnya Peru sebagai tuan rumah, akhirnya FIFA menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah gelaran Piala Dunia U17 2023. Keputusan yang tentu saja disambut dengan penuh suka cita oleh segenap masyarakat Indonesia.

Namun, di tengah kegembiraan yang menyelimuti, kita pun segera tersadar. Bahwa jarak antara penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah dengan gelaran Piala Dunia praktis sangat lah singkat, hanya 5 bulan. Secara kesiapan venue dan segala kelengkapannya, rasanya bukan menjadi sebuah permasalahan. Karena Indonesia memang sejatinya sudah siap untuk menggelar Piala Dunia U20. Namun bagaimana dengan kesiapan timnas U17 kita?

Mengapa saya mengangkat pertanyaan di atas? Ya karena ini lah yang mendasari pemikiran saya dalam menjawab pertanyaan dari seseorang di dalam lift di awal tulisan ini. Tentang bagaimana peluang Indonesia, dan mengapa timnas U17 tidak dilatih oleh STY.

Mari saya jelaskan secara lebih rinci. Kita mulai dengan mengapa PSSI memilih Bima Sakti sebagai pelatih dari pada STY. Menurut saya (silakan jika ada yang memiliki pendapat berbeda), penunjukan Bima Sakti sebagai pelatih timnas U17 adalah keputusan yang sangat tepat. Mengapa? Karena Bima Sakti adalah pelatih yang kita tahu, dalam beberapa tahun terakhir bekerja di area kelompok umur tersebut. Artinya segala perkembangan dan bank data terkait pemain-pemain muda kita di usia 15, 16, dan 17 tahun berada dalam teretorinya.

Untuk saat ini, tanpa mengurangi rasa hormat kepada pelatih-pelatih yang lain, rasanya tidak ada sosok yang lebih memahami kemampuan tehnis dan karakter pemain-pemain di kelompok usia tersebut, selain Bima Sakti. Terlebih lagi kompetisi berjenjang di kelompok usia tersebut, belum secara serius kita lakukan, atau bahkan sedang tidak berjalan.

Fakta tersebut di atas ditambah dengan singkatnya waktu persiapan, membuat saya meyakini jika Bima Sakti adalah sosok yang paling tepat untuk menangani M. Iqbal dan kawan-kawan. Karena akan semakin beresiko, jika kemudian PSSI menunjuk pelatih lain, siapa pun itu. Berbeda ceritanya, jika kita masih memiliki masa persiapan yang cukup panjang.

Sebaik apa pun kualitas pelatih yang ditujuk, jika hanya memiliki waktu persiapan yang praktis hanya 3 bulan, pasti akan kesulitan untuk menyusun program yang tepat. Terlebih lagi jika pelatih tersebut, buta dengan kualitas tehnis dan karakter dari para pemain yang tersedia. Jadi pendapat saya ini murni berdasarkan pengalaman saya sebagai pemain, dan tidak ada sangkut pautnya dengan perdebatan tentang lokal pride yang dalam beberapa waktu belakangan, menjadi topik yang cukup panas.

Sampai di sini jelas ya? Berikutnya tentang bagaimana peluang timnas kita di Piala Dunia U17.

 

Optimis atau Realistis

Terkait hal ini, terlebih dahulu kita harus (secara jujur) menempatkan posisi Indonesia di dalam peta kekuatan persepakbolaan dunia, terutama di kelompok umur U17. Dari seluruh kontestan Piala Dunia U17 2023, Indonesia adalah satu-satunya negara yang belum pernah berpartisipasi di ajang ini. Perlu juga disadari, jika Indonesia lolos ke putaran final dengan status sebagai tuan rumah, dengan tanpa melewati babak kualifikasi. Artinya, secara kualitas timnas kita belum cukup teruji. Berbeda dengan negara-negara lain yang lolos sebagai 4 tim terbaik kualifikasi di konfederasi masing-masing (Asia, Eropa, Amerika Tengah, Amerika Latin), atau 2 tim terbaik (Oceania).

Apakah kemudian saya pesimis dengan peluang timnas U17 kita? Tentu saja tidak demikian. Saya hanya ingin bersikap realistis, dan tidak terbelenggu dengan emosi sentimentil, yang kemudian berpotensi membuat saya memiliki ekspektasi yang berlebihan. Pun demikian saya masih meyakini, jika semakin muda kelompok usia pemain-pemain yang berkompetisi, maka persaingannya akan menjadi semakin merata dan terbuka.

Termasuk di Piala Dunia U17 ini. Terbukti negara-negara yang di level senior belum menjadi kekuatan yang mapan pun, sering kali mampu berbicara banyak. Selain Brasil, Prancis, dan Inggris negara-negara seperti Nigeria, Ghana, Rusia, Swis, dan Meksiko juga pernah merasakan manisnya gelar juara. Bahkan yang paling mengejutkan adalah gelar juara yang diraih Arab Saudi pada edisi 1989, yang ketika itu digelar di Skotlandia. Gelar The Falcons Junior tersebut, sejauh ini merupakan pencapaian terbaik wakil Asia di Piala Dunia U17.

Jadi bagaimana dengan peluang kita?

Rasanya lolos ke babak 16 besar adalah optimisme yang realistis bagi Indonesia. Untuk dapat lolos dari fase grup, Indonesia harus memperoleh 4 poin dari 3 laga penyisihan. Sebenarnya raihan 3 poin juga bisa membawa sebuah tim lolos, mengingat akan ada 4 peringkat 3 terbaik yang juga akan lolos ke 16 besar. Namun bisa jadi masih sangat riskan, 4 poin tentu akan lebih aman.

Lawan terberat Indonesia di fase grup adalah Ecuador. Berstatus sebagai peringkat 2 zona CONMEBAL (sistem round robin), anak asuh Diego Martinez ini tentu memiliki kekuatan yang sangat mumpuni. Harus diakui, ini akan menjadi pertandingan yang sangat sulit bagi Indonesia. Lawan berikutnya adalah Maroko. Tim berjuluk The Atlas Lion Junior ini jugalah peringkat 2 zona CAF (kalah di final dari Senegal). Artinya Maroko juga lah sebuah tim yang kuat. Prediksi saya, ini juga akan menjadi pertandingan yang tidak mudah anak asuh Bima Sakti.

Menurut saya, lawan termudah Indonesia di fase grup adalah Panama. Panama sendiri lolos sebagai semifinalis zona CONCACAF. Rasanya kekuatan Kevin Walder dan kawan-kawan tidak lah begitu jauh dari Garuda Muda. Melawan Panama akan menjadi partai yang paling krusial dan menentukan bagi Indonesia. Jika kita ingin lolos ke babak 16 besar, laga ini harus dapat dikonversi menjadi poin, 3 poin tentu jauh lebih baik.

Jika kita mampu lolos ke babak 16, maka segala kemungkinan akan terbuka lebar, tergantung dari siapa lawan yang akan kita hadapi di fase tersebut. Simulasinya kurang lebih begini. Jika kita lolos sebagai juara grup, maka lawan yang akan kita hadapi boleh dikatakan lebih mudah, karena kita akan bertemu dengan peringkat 2 atau 3 di grup lain. Jika kita lolos sebagai peringkat 2 atau 3, maka secara otomatis lawan yang akan kita hadapi juga akan lebih berat. Karena kita akan bertemu dengan peringkat 2 atau peringkat 1 di grup lain. Demikian lah kurang lebihnya.

 

Bergembiralah

Namun demikian, sepak bola tentu bukan lah sekadar olah raga utak-atik data. Kekuatan di atas kertas, tidak serta-merta menjadi faktor penentu dalam sebuah pertandingan. Akan tetapi, setidaknya data dan informasi yang tersaji dapat menjadi gambaran, akan seperti apa kira-kira perjuangan yang harus dilakoni M. Iqbal dan kawan-kawan di Piala Dunia U17 nanti.

Saya pribadi sih tidak begitu peduli, akan didapat dari negara mana 4, atau 3 poin dari kalkulasi di atas tadi. Boleh dari Ekuador, Maroko, maupun Panama. Selama Indonesia mampu meraih poin demi poin yang dibutuhkan, dan lolos ke babak 16 besar. Kita semua tentu akan sangat bangga dan gembira. 

Bagi para pemain timnas U17. Sambutlah Piala Dunia U17 ini dengan penuh kegembiraan. Nikmati seluruh pertandingan yang akan kalian mainkan. Dengan demikian, semoga permaianan terbaik pun dapat kalian berikan. Dan dengan permainan terbaik, maka InsyaAllah hasil maksimal juga dapat kalian persembahkan.

Yakin lah jika seluruh masyarakat Indonesia berada di belakang kalian. Jangan jadikan dukungan kami sebagai sebuah beban, namun jadikan sebagai penambah semangat dalam bertarung di atas lapangan.

Selamat Berjuang Garuda Muda!

Tetap Semangat dan Sukses Selalu....

 

Salam,

Bambang Pamungkas


PS: Ini hanya sekadar pendapat pribadi, boleh setuju, boleh juga tidak.