Hari kamis tanggal 29 Maret 2012 yang lalu, APPI (Asosiasi Pemain Profesional Indonesia) melakukan serangkaian kegiatan yang juga merupakan implementasi dari salah satu hasil MDAS conference di Belanda dan FIFPRO Asia meeting di Kuala Lumpur beberapa waktu yang lalu, yakni segera menggelar rencana kerja 1 tahun dan menjalin komunikasi dengan dua belah pihak yang saat ini sedang berkonflik dalam hal ini PSSI dan KPSI..
Sebelum acara Exco meeting dilakukan, APPI yang diwakili Ponaryo Astaman (President - Sriwijaya FC), Robbie Gaspar (Exco - Persib Bandung) dan Greg Nwokolo (EXco -Pelita Jaya FC) serta beberapa staf berkunjung ke kantor PSSI guna memberikan cinderamata dari FIFPRO untuk federasi di Indonesia (PSSI). Selain itu Ponaryo Astaman selaku presiden APPI mewakili seluruh anggota juga menanyakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kondisi persepakbolaan di Indonesia. Pembahasan paling utama kami adalah perkembangan proses penyelesaian dualisme yang dalam hal ini dijawab langsung oleh Bpk Djohar Arifin Husin. Beliau menyampaikan bahwasanya PSSI telah memberikan 5 point rekomendasi mengenai hal tersebut..
Dalam pertemuan yang di lakukan pada jam 15:00 WIB sore hari di Hotel Crowne plaza tersebut, APPI sempat menanyakan mengapa point-point tersebut tidak di diskusikan saja dengan pihak KPSI. Saat itu dari pihak PSSI menyatakan bahwasanya mereka memiliki kesulitan untuk menjalin komunikasi dengan KPSI. Dan oleh karena itulah PSSI meminta kepada APPI untuk menjembatani terjadinya komunikasi, agar segera menemukan jalan keluar terbaik untuk kebaikan bersama. Dalam hal ini juga harus kami tegaskan, jika dalam pertemuan tersebut "Tidak ada penandatanganan MOU ataupun kesepakatan apapun antara APPI dengan PSSI dalam pertemuan tersebut"..
APPI juga menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan pernyataan Ketua Umum PSSI Bpk Djohar mengenai komentar beliau beberapa waktu lalu, yang kurang lebih berisi demikian, "Pemain-pemain senior yang lalu adalah MAFIA". Oleh beliau hal tersebut dibantah dan menyatakan jika beliau tidak pernah mengeluarkan statement seperti yang disampaikan media-media di tanah air beberapa waktu yang lalu..
Selain itu kami juga menanyakan mengenai nasib para pemain asing yang bermain di Indonesia, dalam hal ini berkaitan dengan Visa. Saat itu beliau menjawab bahwasanya satu-satunya jalan adalah melakukan rekonsiliasi, seperti yang ditawarkan oleh PSSI..
Setelah pertemuan tersebut, APPI melanjutkan meeting internal antara exco dan staff di FX yang berada di bilangan senayan. Meeting kami sendiri membahas tentang rangkaian program dalam 1 tahun kedepan dari tiap-tiap divisi yang ada. Dimana dihasilkan keputusan bahwa, prioritas utama APPI adalah memperbanyak jumlah anggota, melindungi seluruh pemain (dalam hal ini terutama pemain asing yang sekarang banyak bermasalah dengan visa mereka), serta mengadakan edukasi hukum bagi seluruh anggota APPI..
Selepas acara tersebut, seyogyanya APPI berencana untuk bertemu dengan Bpk Hinca Panjaitan dalam hal ini sebagai Sekjen sekaligus Legal Director KPSI, namun karena satu dan lain hal maka rencana tersebut tidak dapat kami realisasikan. Selanjutnya kamipun melanjutkan program berikutnya, yaitu bertemu Bpk Joko Driono selaku CEO PT Liga Indonesia. Kami diterima oleh Bpk Joko Driono di kantor Badan Liga Indonesia pada pukul 19:00 WIB. Pertemuan tersebut selain untuk bersilaturahmi, APPI dalam hal ini mewakili seluruh anggotanya juga menanyakan mengenai bagaimana nasib dan usaha dari PT Liga Indonesia untuk menyelesaikan masalah visa dari pemain-pemain asing (seperti contohnya Kayamba), mengingat nantinya akan semakin banyak pemain-pemain asing lain yang akan memiliki masalah yang sama. Dalam hal ini beliau menerangkan bahwasanya langkah-langkah untuk melindungi nasib pemain sudah dilakukan, yaitu dengan meminta bantuan dari KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) untuk membantu menyelesaikan perihal masalah tersebut..
Selain itu APPI juga menanyakan bagaimana rencana untuk menyelesaikan masalah perpecahan ini dari sudut pandang beliau. Dalam hal ini beliau menyampaikan jika nampaknya sudah sedikit agak terlambat dan sulit untuk dilakukan. Beliau juga menyampaikan jika lebih baik kita semua menantikan jawaban dari FIFA terkait dengan masalah tersebut..
Ketika itu APPI juga melakukan salah satu program kerja kami, yaitu menjembatani terjadinya komunikasi antara ke dua belah pihak. Maka dari itu kamipun menyerahkan point-point penyelesaian masalah yang direkomendasikan oleh PSSI kepada Bpk Joko Driono, untuk dapat dipelajari terlebih dahulu..
Pertemuan kamipun di akhiri dengan harapan dari APPI yang dalam hal ini mewakili seluruh anggota kami, baik yang bermain di ISL maupun IPL, agar masalah ini segera mendapatkan jalan keluar terbaik demi masa depan persepakbolaan Indonesia..
Satu hal yang perlu kami garis bawahi adalah, kami dalam hal ini APPI (Asosiasi Pemain Profesional Indonesia) menegaskan jika posisi kami dalam perseteruan yang berkepanjangan ini adalah "NETRAL". Kami hanya mencoba menjalankan apa yang kami rasa mampu untuk dapat membantu terjadinya penyelesaian mengenai masalah yang selama ini berlarut-larut, yaitu "Menjembatani kedua belah pihak (KPSI dan PSSI)"..
Juga perlu kami tegaskan disini, jika kami dalam hal ini "APPI tidak pernah menyetujui atau menandatangani MOU atau keputusan apapun, baik dari pihak PSSI maupun dari pihak KPSI". Posisi kami di sini sekali lagi hanyalah menjembatani agar terjadinya komunikasi yang baik antara PSSI dan KPSI, sehingga diharapkan segera terjadi pennyelesaian masalah. Segala keputusan mengenai jalan keluar dari segala permasalahan ini, tentu kembali berada di tangan ke dua belah pihak. Semua pecinta sepakbola di Indonesia, tentu sangat berharap keberbesaran hati dari PSSI dan KPSI untuk segera mencari jalan keluar terbaik untuk menyelamatkan duni persepakbolaan negeri ini..