Wasit berjalan 12 langkah
Kemudian menunjuk ke tanah
Seketika waktu rebah
Suasana hening pun tumpah ruah
Bertelanjang dada sang algojo berdiri tegak
Deru napasnya bak tentara berlari keluar barak
Keringat mengucur jatuh berkecipak
Di saat seperti ini, siap tidak siap, ya harus Grak
Terdengar pertengkaran dari alam bawah sadar:
Mau kemana? PJKA aja
Perusahaan Jawatan Kereta Api? Bukan.
Jadi? Po Jok Kanan Atas.
Terlalu beresiko, kan gawang hanya dari sandal
Trus gimana? BKMT aja.
Ngapain bawa-bawa Majelis Taklim? Bukan.
Jadi? Bawah Kiri Mepet Tiang.
Terlalu beresiko, lapangan becek dan tidak rata, bisa berhenti atau melenceng
Priiiittt,
Suara mulut wasit menirukan suara priwitan
Jadinya gimana ini? Udah GPRB aja. Apa lagi itu?
Embat aja sekenceng-kencengnya, Gas Pol Rem Blong!
Dhuarr
Bola melesat kencang
Kiper terperangah, terjengkang, dan terhempas
Gooolll, gemuruh suara tonggeret memecah lengang
Sang algojo berlari sambil merentangkan tangan, kemudian kepalnya meninju udara penuh puas
Tiba-tiba suara Adzan Maghrib berkumandang
Gawang dari tumpukan sendal pun diangkat
Mereka berkemas untuk bergegas pulang.
Meninggalkan kenangan di antara remang malam yang mulai beringsut merapat
Ah, itulah keindahan sepak bola yang sesungguhnya.
Tanpa intrik, politik, dan segala tetek bengek-nya.
Jakarta, 2020....