Cerita ini, berawal dari sebuah kejenuhan dua umat manusia, yang terkontaminasi dengan kejahilan dan sedikit kejeniusan. Terkadang, di saat kita merasa jenuh dengan situasi atau keadaan yang menyelimuti keseharian kita, maka mencari sesuatu yang menyejukan atau menyenangkan adalah hal yang kita butuhkan. Walau terkadang hal tersebut, membuat orang lain harus merasa keki atau malah teraniaya. Akan tetapi pada akhirnya hal tersebut mampu membuat kita semua tertawa bersama, dan lebih menghangatkan suasana yang ada.
Oman, suatu hari di bulan Januari 2009.
Malam itu cuaca di Oman sangat dingin, hujan deras mengguyur sebuah apartemen di pinggiran kota Muskat, tempat di mana kami (Tim Nasional Indonesia) tinggal. Ini adalah hari ke-7 kami berada di Oman, dan masih 1 minggu lagi kami akan berada di negara ini. Keberadaan kami di sini adalah dalam rangka pertandingan Pra Piala Asia Qatar 2011 melawan Oman.
Suasana tim saat ini dapat saya katakan kurang kondusif, hal itu terjadi karena aktifitas kami selama di sini memang teramat sangat monoton, hal tersebut membuat kami merasa jenuh. Keseharian kami di sini hanya berkisar di 3 tempat, yaitu kamar, ruang makan dan lapangan sepak bola. Satu-satunya hiburan kami adalah, tersedianya koneksi internet 24 jam gratis di apartemen ini. Akan tetapi pada kenyataannya, hal tersebut tidak serta merta mampu menghangatkan suasana.
Kejenuhan yang melanda tim saat itu, membuat komunikasi antar pemain terasa sangat hambar, setiap pemain lebih suka mengurung diri di kamar dan menyibukan diri dengan laptop masing-masing, daripada berkumpul bersama pemain yang lain. Mereka terhanyut dengan permainan dunia maya mereka masing-masing (Facebook, YM, Friendster, dll). Suasana di luar yang dingin dan terkadang terjadi badai pasir memang membuat kami tidak dapat melakukan kegiatan di luar ruangan.
Keadaan ini jelas tidak dapat dibiarkan terus terjadi, maka sebagai pemain senior di dalam tim, dua manusia jahil tadi pun mencoba memeras otak, untuk mencari cara agar suasana yang semakin membeku ini mampu kembali dicairkan, yang tentunya dengan cara-cara khas kami berdua.
Dua manusia jahil yang sedikit jenius tadi bernama, Bambang Pamungkas dan Ponaryo Astaman. Malam itu di dalam kamar, kami berdiskusi tentang bagaimana mengatasi keadaan ini. Beberapa ide silih berganti keluar dari mulut kami berdua. Dan singkat cerita sampailah kami pada sebuah ide, yang menurut kami paling brilian dari semua ide yang terlontar malam itu.
Mengingat saat ini Facebook sedang mewabah di kalangan masyarakat (termasuk di kalangan pemain sepak bola), maka kami sepakat memakai jejaring sosial Facebook ini, sebagai sarana untuk mengendalikan keadaan. Karena menurut kami hanya dengan itu kami mampu masuk ke area target (para pemain) dengat tepat dan lembut.
Singkat cerita kamipun membuat akun Facebook, akan tetapi akun ini tidak sembarang akun Facebook. Karena tujuannya untuk menghangatkan suasana, maka kami akan membuat sebuah akun spesial, yaitu akun yang akan berisi profil pelatih kami Beny Dollo. Dan mengingat ini adalah misi rahasia, tentu hal tersebut hanya akan menjadi rahasia kami berdua.
Membuat akun facebook tidaklah susah, mungkin dengan beberapa menit sebuah akun akan siap beredar. Akan tetapi malam itu, kami butuh tidak kurang dari 30 menit untuk membuat akun spesial ini. Mengapa..??, alasannya adalah, kami tidak mau keberadaan kami terlalu fulgar di mata masyarakat pengguna Facebook yang lain, akan tetapi kami juga harus mampu masuk ke area target kami dengan tepat. Maka terciptalah sebuah akun Facebook seperti ini.
Nama: Charles Bronson dengan foto profil pelatih kami Beny Dollo, mengapa kami pilih demikian. Pertama, orang awam tidak akan mengira jika akun ini benar-benar milik Beny Dollo, apalagi milik Charles Bronson, sehingga tidak akan menarik perhatian orang awam. Kedua, setiap pemain timnas akan dengan cepat merespon nama Charles Bronson sebagai Beny Dollo, karena memang pelatih kami sering bercanda menggunakan nama Charles Bronson, dalam setiap cerita-ceritanya. Dengan demikian mereka akan segera menerima permintaan pertemanan kami di Facebook.
Dan mulailah kami bekerja malam itu, kami mulai mengirimkan permintaan pertemanan kepada semua pemain yang memiliki Facebook. Untuk akun beberapa pemain, kami bahkan tidak perlu meminta persetujuan mereka untuk menerima Charles Bronson, karena memang saat membuat akun facebook mereka, kamilah aktor di belakang pembuatannya. Maka secara tidak langsung kami tahu email dan password yang mereka gunakan, dan pada kenyataannya mereka tidak pernah merubahnya. Sehingga itu mempermudah pekerjaan agen Charles Bronson dalam menjalankan tugasnya hehehe.
Dan hanya butuh kurang lebih 8 jam, maka akun Charles Bronson tadi sudah dapat di terima oleh semua anggota Timnas, baik mereka yang dengan sengaja menerima atau tanpa sadar kami paksa menerima. Dan setengah dari misi Charles Bronson pun berjalan dengan mulus.
To be continue….