Markas tim nasional Indonesia: 15 November 2012.
BERGABUNGNYA saya ke timnas Indonesia, tak pelak membuat Persija dan Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) meradang. Tindakan saya tersebut dianggap sebagai bentuk pembangkangan dan penghianatan terhadap organisasi, baik klub maupun institusi yang menaunginya KPSI.
Oleh karena itu, sore hari pada tanggal 11 November 2012, pukul 18:03 WIB saya menerima sebuah pesan dari manajemen Persija Jakarta. Dalam pesan tersebut, mereka meminta saya untuk segera kembali dan bergabung dengan tim, guna memulai persiapan menyambut musim yang baru 2013.
Disampaikan juga dalam pesan tersebut, jika saya tidak segera kembali dan bergabung dengan tim yang sedang melakukan pemusatan latihan di Sawangan, selambat-lambatnya Senin sore, 12 November 2012, maka manajemen akan meninjau ulang kontrak saya yang sejatinya baru akan berakhir pada bulan Oktober 2014.
Dalam beberapa kali pertemuan dengan manajemen Persija, terutama ketika membahas permasalahan dualisme tim nasional, dari apa yang saya lihat, sebenarnya Persija memiliki kesamaan pandangan dengan saya. Namun ada hal-hal lain di luar kendali mereka, yang pada akhirnya membuat semua ini harus terjadi.
Harus saya akui, jika pesan tersebut bak sebuah uppercut keras yang bersarang telak di rahang bagian bawah saya. Membuat saya terhuyung-huyung, dan roboh untuk sementara waktu. Butuh depalan hitungan, sebelum akhirnya saya dapat kembali berdiri dan melanjutkan pertandingan.
Persija adalah cinta abadi dalam karir saya, akan tetapi memalingkan wajah dari panggilan tim nasional, jelas bertentangan dengan komitmen dan tanggung jawab saya sebagai pesepak bola. Hal tersebut juga dapat diartikan sebagai sebuah penghianatan, terhadap profesi saya sebagai pesepak bola profesional.
Pesan manajemen tersebut, membuat saya tidak dapat tidur semalaman. Karena membuat saya berada dalam persimpangan yang tidak pernah ingin saya lewati dalam karir saya. Persimpangan antara dua rasa cinta, Persija dan tim nasional Indonesia.
Keputusan penting pun harus segera saya ambil. Keputusan yang mungkin akan berdampak besar pada masa depan karir saya. Namun sejak awal, keputusan saya memang sudah bulat, kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya.
Tim nasional memiliki posisi yang sangat sakral, sehingga tidak pantas untuk dikotori oleh ego dan kepentingan orang atau golongan tertentu. Kapan pun timnas memerlukan tenaga dan pikiran kita, kita harus menyambutnya dengan penuh rasa bangga. Kita boleh saja berbeda pendapat atau berselisih paham tentang apa saja, tapi tidak dengan tim nasional. Begitulah pesan moral yang ingin saya sampaikan, kepada seluruh pihak yang sedang berseteru.
Keesokan harinya, tanggal 12 November 2012, sebelum berangkat berlatih bersama tim nasional, saya menyempatkan diri untuk menikmati secangkit teh panas tanpa gula. Sambil menikmati minuman favorit saya tersebut, perlahan-lahan dan penuh dengan kehati-hatian, saya mulai menyusun kata demi kata untuk membalas pesan yang saya terima kemarin.
Dan akhirnya, pada pukul 14:17 WIB, diawali dengan ucapan “Bismillah" saya pun mengirimkan pesan jawaban tersebut melalui BlacBerry Messenger:
Selamat Siang.
Dalam perjalanan karir saya, saya bukanlah tipe pemain yang suka berontak atau indisipliner. Saya hanya berusaha menempatkan setiap masalah pada tempat yang seharusnya, dan memperjuangkan hak serta kewajiban saya sebagai pesepak bola.
Saya selalu berusaha untuk melakukan segala, sesuatu sesuai dengan aturan yang berlaku. Mengatakan benar jika memang benar, dan mengatakan salah jika pada kenyataannya salah.
Jika harga dari kebenaran dan keberadaan saya di tim nasional Indonesia adalah pintu keluar dari klub yang sangat saya cintai, maka dengan sangat berat hati, saya akan menerima konsekuensi tersebut.
Apapun yang terjadi, Persija akan selalu di hati saya. Terima kasih untuk kerja sama yang luar biasa selama ini. Persija adalah tim besar, dan akan selalu menjadi tim besar dengan siapa pun pemainnya. Sukses selalu untuk Persija Jakarta.
Satu Jakarta Satu!
- Bambang Pamungkas -
Jawaban yang sekaligus menjadi salam perpisahan, antara saya dengan Persija Jakarta. Saya membuka pintu keluar bagi diri saya sendiri. Sebuah konsekuensi yang sangat berat, akan tetapi InsyaAllah saya siap menerimanya dengan ihklas dan lapang dada…
I'm Back
Berdasarkan pemaparan dari tulisan di atas, ketika beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan tawaran untuk menjadi xxxxxx xxxxxxx xxxxxxxxx untuk timnas Indonesia. Maka tanpa berpikir panjang, Saya pun menerimanya dengan penuh rasa bangga.
Semoga Saya bisa menjalankan peran tersebut dengan baik, sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi penampilan tim nasional Indonesia.
Salam,
Bambang Pamungkas
PS: Tulisan di atas Saya buat pada tahun 2012, saat awan gelap dualisme menyelimuti sepak bola Indonesia. Bagi Anda sekalian yang memiliki buku BEPE20 PRIDE (Kompas Gramedia - 2014), kalian dapat menemukan tulisan ini di halaman 21, dengan judul "12 November 2012".