Dalam setiap apapun profesi kita, akan selalu terdapat pressure atau tekanan yg akan kita hadapi. Dan tanpa kita sadari, sebenarnya hal tersebut sangatlah kita butuhkan untuk dapat memacu kinerja kita agar lebih baik lagi, dari waktu ke waktu. Berbicara mengenai tekanan atau pressure dalam sebuah pekerjaan atau profesi, membuat saya teringat dengan sebuah quote. Sebuah quote hasil dari obrolan saya, Dewi dan salah seorang sahabat kami yg bernama A\'a Fuad, beberapa waktu dulu...


Sebuah quote yg kami sebut dengan nama "Filosofi biji kopi", quote tersebut berisi demikian:


"Jika kita ingin mencium aroma harum kopi terbaik, maka siramlah dengan air yg panas mendidih" 


Quote diatas kurang lebih memiliki arti demikian. 


"Terkadang kemampuan terbaik seseorang  baru akan keluar, ketika orang tersebut tengah berada dalam sebuah tekanan yg luar biasa". 


Dengan kata lain dalam apapun profesi yg kita tekuni, kita akan selalu membutuhkan kritik, saran serta masukan dari orang lain. Hal tersebut di butuhkan, agar kita selalu dapat mengoreksi diri dan tentunya juga memperbaikinya. Sehingga ke depan kita dapat menjadi pribadi yg lebih baik lagi...


Kritik, saran dan masukan yg baik tersebut dapat datang dari mana saja. Dapat datang dari kawan, lawan, orang awam atau bahkan dari pribadi-pribadi yg sangat dekat dalam kehidupan keseharian kita. Seperti diri saya sendiri contohnya, kritikus terbaik dan terpedas dalam karir saya, justru bukan datang dari kalangan media atau komentator sepakbola diluar sana. Akan tetapi kritikus yg sering membuat kuping saya memerah dan darah saya mendidih tersebut, malah datang dari orang-orang yg sangat dekat dengan diri saya, bahkan teramat sangat dekat malah. Mereka adalah Ayah dan istri saya sendiri, Iya mereka adalah kritikus terpedas dalam karir sepakbola saya...


Saya di besarkan dalam sebuah keluarga yg menganut sistem demokrasi. Dimana orang tua saya, selalu memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk berpendapat dan menentukan sikap serta mengambil keputusan, selama kami dapat mempertanggung jawabkan pilihan tersebut. Sehingga perbedaan pendapat serta argumentasi dalam berdiskusi, hampir menjadi sebuah rutinitas dalam keluarga kami...


Hal tersebut juga saya terapkan dalam keluarga saya. Di keluarga saya sendiri, kami terbiasa saling melempar pujian jika memang salah satu diantara kami melakukan hal-hal yg positif. Akan tetapi di sisi yg lain, kami juga tidak akan pernah segan untuk memberikan saran, masukan atau bahkan kritik yg pedas, ketika salah satu anggota keluarga kami kami tidak melakukan tugasnya dengan baik dan benar...


Saya dan Dewi sendiri, mempunyai sebuah kebiasaan yg menurut saya sedikit unik. Sebuah kebiasaan yg disisi lain juga menjadi sesuatu yg sangat menarik. Kebiasaan yg terkadang menjadi sebuah rutinitas yg sangat menyenangkan. Akan tetapi pada suatu ketika, kebiasaan tersebut juga dapat menjadi sesuatu yg sangat menjengkelkan, atau bahkan membuat naik pitam...


Hal tersebut adalah sebuah diskusi atau obrolan di tengah malam. Biasanya hal tersebut kami lakukan, setelah saya pulang bertanding serta ketika semua penghuni rumah sudah terlelap dalam tidurnya. Sehingga dengan begitu, kami memiliki ruang yg lebih longgar, lebih leluasa serta lebih tenang dalam melakukan hal tersebut. Sebuah diskusi yg biasanya kami lakukan sambil makan, minum teh, minum wine atau terkadang hanya menikmati makanan ringan sambil minum jus...


Sebuah kebiasaan (Penyakit) saya setelah selesai bertanding adalah susah untuk tidur cepat, biasanya saya baru dapat tertidur diatas jam 12 malam. Hal tersebut yg akhirnya membuat saya memiliki kebiasaan untuk berbincang-bincang dengan Dewi, sambil menunggu rasa kantuk datang menghampiri... 


Semuanya berawal dari kebiasaan saya saat masih bermain di Selangor FC. Di Malaysia pertandingan sepakbola baru dimulai pada pukul 21:15 malam, sehingga pertandingan baru akan selesai pada pukul 23:00 malam hari. Dengan begitu kami baru akan sampai di rumah kira-kira pada kisaran pukul 00:30 malam. Sehingga pada jam itu pulalah kami biasanya baru dapat melaksanakan makan malam...


Dan seperti orang kebanyakan, tentu tidak akan mudah bagi kami untuk segera tidur setelah selesai makan. Di saat-saat seperti itulah, biasanya kami menggunakan waktu tersebut untuk berbincang-bincang membahas tentang banyak hal, dari masalah rumah tangga hingga termasuklah juga penampilan saya dalam pertandingan yg baru saja saya lewati tadi...


Dalam banyak kesempatan diskusi tersebut berjalan dengan sangat hangat bahkan cenderung romantis. Akan tetapi tidak jarang juga, diskusi tersebut berjalan dengan cukup panas hingga menimbulkan percikan-percikan emosi dari hati kami berdua. Hal tersebut terkadang membuat kami berangkat tidur dengan muka yg cemberut, karena membawa sedikit rasa kurang puas. Akan tetapi pada akhirnya, kami berdua dapat kembali tersenyum saat bangun pada keesokan harinya.. 


Bagi saya pribadi, stadion sepakbola sendiri adalah sebuah tempat yg kurang bersahabat bagi anggota keluarga pemain, khususnya istri dan anak-anak pemain. Ada sebuah joke lama di kalangan para pemain sepakbola, bahwa jika seorang penonton membayar tiket pertandingan seharga Rp 50,000 , maka sebenarnya orang tersebut telah membayar untuk dua hal. Yaitu, Rp 25,000 pertama adalah untuk menyaksikan pertandingan sepakbola itu sendiri. Sedang sisanya sebanyak Rp 25,000 adalah untuk memaki para pemain, pelatih maupun staf yg berada di lapangan, maupun juga pendukung tim lain..


Sejujurnya, menjadi pemain sepakbola bukanlah sebuah pekerjaan yg mudah, karena baik buruknya seorang pemain  di tentukan dalam setiap pertandingan. Sebagai contoh, jika hari ini seorang pemain bermain dengan sangat bagus, maka hari itu di akan di dewa-dewakan oleh para penonton. Akan tetapi, ketika tiga hari kemudian pemain yg sama bermain dengan buruk, maka seketika itu juga pemain tersebut akan di caci maki oleh masyarakat, yg notabene tiga hari sebelumnya baru saja memuja-muja pemain tersebut. Sebagai pemain, kami tau betul jika hal tersebut adalah sebuah konsekuensi yg harus kami terima dari pekerjaan kami. Akan tetapi bagi anggota keluarga kami, terkadang hal tersebut sedikit sulit untuk di terima...


Jika menjadi seorang pesepakbola itu tidaklah mudah, maka demikian pula halnya menjadi istri seorang pesepakbola, bahkan mungkin boleh juga dikatakan  sedikit lebih berat (Secara psikologis). Karena, jika ada seseorang penonton yg memaki seorang pemain saat tengah bermain, maka sejujurnya pemain tersebut tidak akan pernah dapat mendengarkannya. Di samping karena pemain tersebut tengah berkonsentrasi dalam permainan, suara tersebut juga dengan sendirinya akan hilang tertelan oleh suara gemuruh puluhan ribu supporter lain yg tengah bersorak-sorai di dalam stadion...


Akan tetapi bagi anggota keluarga pemain yg berada di tribune penonton, maka suara-suara tersebut akan terdengar dengan sangat jelas dan lantangnya. Dan tentu saja situasi tersebut, tidak akan pernah mudah untuk mereka hadapi. Iya, tidak akan mudah bagi siapapun untuk dapat menerima dengan ihklas dan lapang dada, ketika mendengar secara langsung orang-orang yg kita cintai di caci-maki oleh orang lain..


Saya teringat dengan sebuah kejadian, ketika pada suatu waktu di th 2009 Dewi mengajak Syaura (Anak ketiga saya) menyaksikan sebuah pertandingan tim nasional di Gelora Bung Karno. Ketika itu, ada seseorang yg tepat duduk di belakang Dewi berteriak, "Bambang Jancuuuukk...!!!". Mendengar teriakan tersebut, seketika Syaura bertanya kepada Dewi apa itu arti kata "Jancuk". Saat itu dengan bijak Dewi berkata, "Nanti saja tanya ke pipi ya"..


Singkat cerita setelah pertandingan selesai, sayapun pulang ke rumah. Karena mendengar suara pintu kamar di buka, maka Syaurapun  terbangun dari tidurnya. Dengan setangah sadar tiba-tiba anak 3,5 tahun (ketika itu) tersebut bertanya kepada saya, "Pi Jancuk itu artinya apa sih..??, tadi pas pipi gol (bermain bola) ada orang yg teriak Bambang jancuk,, Bambang jancuk...!!!". Mendengar pertanyaan tersebut, seketika sayapun terkejut. Ditengah keterkejutan tersebut, sayapun menjawab sekenanya, "ehm,, jancuk itu artinya semangat sayang". Setelah mendengar jawaban saya tersebut, Syaurapun kembali tertidur. Melihat Syaura kembali terlelap membuat diri saya lega, karena dengan begitu saya tidak harus menjelaskan dengan lebar mengenai pertanyaannya tersebut..


Ketika Syaura kembali tertidur dengan pulasnya, maka saya dan Dewipun beranjak menuju ke ruang makan, untuk berbincang-bincang sembari menyantap makanan ringan yg tersedia di meja, saat itu waktu menunjukkan pukul 00:15 dini hari. Dari obrolan itulah saya tau mengenai kronologi kejadian, mengapa Syaura bertanya perihal si jancuk tersebut kepada saya. Dewi bercerita sambil menumpahkan emosinya saat mendengar cacian serta makian dari para supporter selama di stadion tadi. Saat itu, sempat terlempar sebuah permintaan dari Dewi kepada saya, agar saya berhenti bermain untuk tim nasional Indonesia. Dan sejujurnya, permintaan itu bukanlah untuk yg pertama kali (Sejak 2008) keluar dari mulut istri saya tercinta tersebut..


Keesokan harinya, saya harus berangkat menjalani sebuah partai away ke Bandung bersama Persija Jakarta. Ketika tengah sibuk mengepak barang, Syaura yg saat itu tengah benyanyi dan menari sambil menonton DVD Barney, tiba-tiba datang menghampiri saya dan berkata, "Pipi besok kalo main yg Jancuk (Semangat) ya". Mendengar kalimat tersebut seketika sayapun terduduk lemas menyender ke tembok. Sekilas mungkin hal tersebut terdengar lucu, akan tetapi bagi saya pribadi cerita tersebut jelas sangat "TIDAK LUCU..!!"... 


Ternyata jawaban saya semalam, yg sebenarnya hanya asal jawab agar saya dapat lari dari keadaan, berefek negatif bagi anak saya. Dapat anda sekalian bayangkan jika Syaura mengatakan hal tersebut di sekolahan, bukankah akan menjadi sesuatu yg sangat tidak baik...


Beberapa saat kemudian sayapun menangkap Syaura dan berbisik, "Ara, Jancuk (Semangat) itu hanya boleh di katakan oleh orang yg sudah gede.  Kalo anak kecil ngga boleh ngomong itu. Anak kecil bolehnya ngomong Ayo Semangat". Setelah itu, sayapun menghampiri Dewi yg tengah minum teh di meja makan dan berkata "Jangan lagi bawa anak-anak nonton pertandingan langsung ke stadion ya, biar mereka nonton di TV saja"...


Itulah salah satu hal, mengapa saya kurang begitu suka atau kurang nyaman lebih tepatnya, jika Dewi dan anak-anak datang ke stadion saat saya bertanding. Karena bagi saya sendiri, stadion sepakbola bagaikan sebuah hutan belantara yg liar dan tidak mengenal peraturan dan tata krama. Setiap orang yg datang untuk melihat pertandingan, berhak untuk mengeluarkan segala uneg-uneg serta pendapatnya dengan bebas. Dan sebagai pemain maupun keluarga pemain, kita tidak berhak untuk melarang orang-orang tersebut untuk melakukannya..


Saya sendiri sangat menikmati diskusi tengah malam saya bersama Dewi. Karena di sana, saya dapat mendengar secara langsung pendapat serta penilaian penonton di stadion, atau penilaian Dewi secara pribadi terhadap diri saya. Dewi adalah pribadi yg jujur serta spontan dalam menyampaikan pendapat dan penilaiannya. Tidak jarang penilain tersebut membuat saya tersinggung dan mempertanyakan loyalitas dia kepada suaminya...


Akan tetapi pada akhirnya saya sadar, jika kritik, saran dan masukan yg dia lontarkan tidak lebih dari wujud kecintaan dia kepada diri saya. Iya, jika kritik pedas itu datang dari orang luar atau awam, maka hal tersebut dapat berarti dua hal. Pertama, orang tersebut memang mencoba menyampaikan dengan tulus dan jujur mengenai pendapatnya, yg seperti ini boleh di katakan fair. Atau yg kedua, orang tersebut memang sejatinya tidak menyukai diri kita, sehingga apapun yg kita lakukan akan selalu terlihat salah atau negatif dimata mereka, dan tentu saja hal tersebut bukan sebuah penilaian yg fair..


Berbeda dengan jika kritik, saran dan masukan pedas tersebut datang dari orang-orang yg kita cintai. Kritik dari mereka sebenarnya tidak lebih dari ungkapan rasa sayang dan ketidak relaan mereka, ketika harus mendengar diri kita dicaci maki oleh masyarakat. Sehingga dengan kritik tersebut, diharapkan kita mampu untuk memperbaiki penampilan kita, sehingga menjadi lebih baik lagi...


Dan sejujurnya hal tersebut cukup membantu diri saya. Keberhasilan saya untuk dapat berada di tempat dimana saya berdiri saat ini, salah satunya adalah adanya kritik, saran dan masukan yg ditujukan kepada saya. Utamanya dari istri dan ayah saya sendiri. Karena kritik-kritik tersebut sejujurnya selalu mampu membuat saya untuk terus berusaha dan termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi...


Maka dari itu, dalam beberapa kesempatan saya menulis dalam akun twitter saya demikian:


"Jika ingin mengenal saya lebih dekat, silakan kunjungi www.bambangpamungkas20.com.. Dan jika ingin memaki saya lebih tepat silakan ke @bepe20"..


Hal tersebut bertujuan agar para followers saya  tidak melakukan sebuah kesalahan, mengingat saat ini banyak sekali akun (Di banyak jejaring sosial) yg mengatas namakan diri saya. Sehingga sangat di sayangkan, jika kritik, saran dan masukan tersebut tidak sampai kepada saya secara langsung. Karena kritik, saran dan masukan tersebut sejujurnya akan berdampak sangat baik bagi saya, baik sebagai pribadi maupun sebagai pesepakbola..


Seperti yg pernah saya sampaikan dalam artikel, (Special treatment for a special person - 2008), saya pernah menulis demikian:


"Tekanan akan membuat kita selalu terjaga, tekanan akan membuat kita selalu merasa harus terus belajar, dan tekanan akan selalu membuat kita terus berusaha menggali kemampuan kita sampai pada batas maksimal"...


Melalui artikel ini, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yg sebesar-besarnya kepada istri saya tercinta (Tribuana Tungga Dewi), atas segala dukungan, kesabaran, ketabahan, kritik, saran serta masukan yg telah di berikan kepada diri saya selama ini. Sejujurnya kita adalah dua buah pribadi yg terbuat dari dua unsur yg sangat berbeda. Dan oleh karena perbedaan itulah, kita dapat saling mengisi dan berjalan berdampingan dengan baik. Sampai jumpa lagi dalam acara "Late show with Bambang Pamungkas" episode selanjutnya..


"Late show with Bambang Pamungkas" sendiri, diadopsi dari sebuah acara talk show di Amerika yg di siarkan oleh stasiun TV CBS, yaitu "Late show with David Letterman" hehehe..


Selesai...