“Lain Ladang Lain Belalang”.. ungkapan tersebut terasa pas dalam kehidupan kita bermasyarakat, setiap daerah mempunyai kebiasaan serta adat yang berbeda-beda, setiap masyarakat mempunyai cara yang sangat beragam dalam berekspresi dan mengungkapkan pendapat. Oleh karena itu bersosialisasi adalah salah satu syarat penting bagi kita agar mampu melebur dalam suatu komunitas majemuk yang menamakan dirinya “masyarakat luas”..


Sebagai pemain sepakbola, tentu saya banyak menghabiskan waktu saya berkunjung ke berbagai daerah, baik di dalam maupun luar negeri, dengan begitu saya berkesempatan mempelajari berbagai macam budaya dan kebiasaan suatu masyarakat. Tidak semua dapat sepenuhnya saya mengerti memang, bahkan sebagian cenderung aneh, akan tetapi setidaknya itu mampu memperkaya khasanah pengetahuan saya dalam melihat dunia luar secara global..


Saya pernah merasakan hidup di Belanda,seperti negara Eropa kebanyakan di mana masyarakat mereka berpikiran sangat liberal, mereka malah terkesan kurang peduli dengan urusan orang lain, “You do yours, i’ll do mine” itu adalah perumpamaan saya untuk mereka. Saya juga cukup lama tinggal di Malaysia, di sini adat istiadat masih sangat dipegang erat, bahkan di beberapa daerah masih menganut sistem kesultanan yang sangat kuat, dimana keluarga sultan masih memegang peranan yang sangat penting didalam masyarakat. Sebenarnya masyarakat Malaysia berpikiran cukup maju akan tetapi terkadang peraturan adat membuat mereka harus mengontrol diri atau malah sedikit sembunyi-sembunyi..


Saya tinggal di Malaysia selama 2 tahun. Tahun pertama saya tinggal di daerah Bukit Jelutong, Shah Alam. Pada tahun kedua saya tinggal di Kelana Jaya Mahkota, Petaling Jaya. Secara keseluruhan 2 tahun tinggal di Malaysia cukup menyenangkan, saya berkesempatan mempelajari hal-hal baru di sana, dari mulai makanan yang banyak berkari, cara bersikap, sampai kepada tata bahasa yang sedikit aneh dan terbalik-balik. Awalnya agak susah memang, akan tetapi itu bagian dari keharusan saya untuk melebur dalam komunitas mereka. So jika sekarang ada yang mau mengajak saya berbicara Melayu.. Ha Mai Lah, nak try ker.. he he he..


Ada satu cerita menarik yang terjadi ketika saya bermain di Selangor FC, menurut saya sebenarnya ini adalah hal yang sederhana, biasa serta teramat sangat wajar. Akan tetapi entah mengapa saat itu semua bereaksi sangat keras sehingga saya terkesan menjadi penyulut timbulnya “Pemberontakan”..


Cerita ini terjadi ketika saya berhasil membawa Selangor FC mendapatkan 3 gelar juara di Malaysia. Pada partai Final Piala Malaysia yang merupakan ajang tertinggi di Malaysia, kami berhadapan dengan Perlis FC di Bukit Jalil National Stadium. Saat itu 95 ribu suporter memadati stadion dan 70% dari mereka adalah suporter Selangor yang memiliki warna kebanggaan Merah dan Kuning. Di banyak sudut stadion terdapat bendera kebangsaan Indonesia Merah-Putih disamping berdera Malaysia, hal yang wajar karena memang di tim Selangor terdapat saya dan Ellie yang notabene warga Indonesia, disamping itu terdapat sekitar 20 ribu warga Indonesia yang bekerja di Malaysia menyempatkan diri mendukung kami malam itu..


Dan di saat kami mulai memasuki lapangan untuk melakukan pemanasan, seketika stadion bergemuruh, pendukung kami berteriak “IN-DO-NE-SIA.. IN-DO-NE-SIA.. Di sisi lain stadion terdengar suara “Booo.. Booo..” jelas itu suara pendukung Perlis FC, kemudian saya dan Eliie melambaikan tangan kepada pendukung kami dan teriakan “IN-DO-NE-SIA.. IN-DO-NE-SIA..” pun semakin keras sehingga mampu menelan suara “Booo”.. di selah lain, saat itu bulu roma saya merinding..


Saat saya melakukan pemanasan salah satu staf kami mendatangi saya, dan dia berkata.. “Bambang, Yang Dipertuan Agong Indonesia datang nak tengok game”.. seketika sayapun terperanjat dan berkata “Di Indonesia mane ade Yang Dipertuan Agong, tak ade lah Brada”.. “Tak tau pulak, tapi dia cakap nak jumpa lepas game, dia ada duduk dekat Grand Stand ok, Good luck Brada”.. Tanpa menunggu lama saya pun melayangkan pandangan saya ke bangku VVIP, akan tetapi saya tidak melihat ada wajah-wajah yang saya kenal, mungkin karena jarak antara saya yang berada di tengah lapangan dengan bangku VVIP sangat jauh sehingga saya tidak mampu mengenali mereka..


Sejenak saya melemparkan ingatan saya jauh ke saat saya masih sekolah dahulu, apakah saya melewatkan salah satu hal penting dalam mata pelajaran PMP atau PPKN, karena sejauh apa yang saya tahu dan saya mengerti, negara kita tidak pernah menganut jabatan Yang Dipertuan Agong dalam pemerintahan. So siapakah gerangan yang datang malam ini….???


TO BE CONTINUED..