WALAU pun teramat sangat berat. Sampai dengan kemarin petang (18/11), saya masih menyimpan harap jika tim nasional Indonesia U17 akan lolos ke babak 16 besar, tentu sebagai salah satu dari empat peringkat tiga terbaik. Namun, kemenangan Burkina Faso atas Korea Selatan dan tumbangnya Selandia Baru dari Meksiko, seketika mengubur semuanya.

Apa pun hasilnya, kita tentu harus tetap mengapresiasi perjuangan seluruh punggawa tim nasional U17 kita. Tak elok rasanya, jika masih ada di antara kita yang mem-bully mereka. Karena menurut saya, mereka telah memberikan semuanya.

Bertempur tanpa persenjataan yang memadai memang sangat lah sulit. Hanya berbekal daya dan fanatisme penonton yang berkobar-kobar, terbukti tidak lah cukup untuk bersaing di level Piala Dunia.

Rasanya, sudah saatnya bagi kita untuk lebih memberi tumpuan pada investasi jangka panjang (baca: pembinaan usia dini). Karena mereka adalah masa depan sepak bola Indonesia. Tidak ada yang salah memang melakukan naturalisasi, karena secara aturan toh juga diperbolehkan.

Namun, seyogyanya hal tersebut juga dibarengi dengan program pembinaan usia dini (kompetisi) yang terprogram, berjenjang, dan berkualitas. Sehingga keduanya dapat berjalan beriringan. Naturalisasi pemain sebagai program jangka pendek, dan pembinaan usia dini sebagai program jangka panjang.

Perjalanan Indonesia di Piala Dunia U17 2023 bak cerita dalam lukisan,"π™’π™–π™£π™™π™šπ™§π™šπ™§ π™–π™—π™€π™«π™š π™©π™π™š π™Žπ™šπ™– 𝙀𝙛 π™π™€π™œ" (c. 1818), karya π˜Ύπ™–π™¨π™₯𝙖𝙧 π˜Ώπ™–π™«π™žπ™™ π™π™§π™žπ™šπ™™π™§π™žπ™˜π™.

Dan sekarang tentu kita menjadi semakin sadar, di mana letak sepak bola Indonesia di peta persepakbolaan dunia.

Tetap Semangat dan Sukses Selalu….

 

Salam,

Bambang Pamungkas