Seperti yang anda sekalian ketahui, TSC 2016 bukan lah kompetisi yang cukup bersahabat dengan saya. Dengan jujur harus saya katakan, jika penampilan saya sepanjang 2016 bisa dikatakan kurang baik.

Setali tiga uang dengan Persija Jakarta, tim ibukota itu berjalan tertatih-tatih sepanjang musim ini.

"Setiap manusia bertanggung jawab penuh atas setiap keputusan yang ia ambil, dan apapun yang ia perbuat dalam hidup", begitulah aturan baku yang sudah digariskan oleh Sang Pencipta.

Demikian pula dengan Saya dan Persija Jakarta, apa yang terjadi sepanjang tahun 2016 tentu memberikan efek kepada kami, saya sebagai sebuah pribadi dan Persija Jakarta sebagai sebuah tim.

Kritik datang bertubi-tubi, suara miring terdengar tanpa henti, dan celaan juga hadir tanpa henti. Apakah hal tersebut berat? sudah barang tentu. Namun apapun yang terjadi dalam sebuah kehidupan, akan selalu memiliki nilai positif dan negatifnya masing-masing.

Selalu sulit dan tidak menyenangkan ketika harus berhadapan dengan kritik, suara miring, serta celaan yang datang menghampiri anda. Namun demikian, di sisi lain hal tersebut membuktikan tingginya ekspektasi dan harapan mereka terhadap diri anda. Karena mereka tahu jika anda bisa lebih baik dari apa yang anda tampilkan.

"Mereka tentu tidak akan mengkritik seekor domba karena tidak dapat mengaum"

Oleh karena itu bersyukurlah terhadap segala kritik, suara miring serta celaan yang hadir kepada anda. Karena hal tersebut akan mengingatkan siapa anda yang sebenarnya.

Kembali kepada diri saya. Sampai dengan awal putaran kedua TSC saya belum mampu mencetak gol bagi Persija Jakarta. Keadaan semakin buruk ketika saya mulai kehilangan tempat di starting line up, sejak Persija sepakat berpisah dengan Paulo Camargo.

Saya ingat betul pada suatu ketika seseorang bertanya kepada saya, "Mengapa tidak marah dicadangin terus?". Hmm menarik, sebuah pertanyaan yang membuat saya menanyakan hal yang sama kepada diri saya.

Jawaban yang kemudian muncul adalah:

"Mengapa harus marah. Jika kamu belum diberi kepercayaan untuk membuat keadaan tim menjadi lebih baik (dengan bermain diatas lapangan), setidaknya jangan membuat keadaan menjadi lebih buruk (di luar lapangan)".

Karena pada akhirnya setiap orang terikat dengan kontrak kerja profesional, dimana setiap pemain dituntut untuk memberikan kemampuan terbaik mereka atas nama klub yang mereka bela.

Sebagai salah satu pemain senior, saya bertanggung jawab untuk memelihara suasana tim dalam kondisi yang selalu kondusif. Walaupun secara pribadi saya juga berada dalam tekanan yang tidak ringan.

Seperti yang pernah saya sampaikan, jika saya tidak akan menceritakan segala permasalahan yang saya atau kami hadapi. Saya akan menceritakan apa yang kami lakukan, untuk membuat tim ini tetap kondusif dalam usaha untuk bangkit dari keterpurukan.

Dibawah ini adalah salah satu hal yang saya lakukan untuk menyegarkan suasana tim. Terjadi dalam perjalanan pulang dari lawatan kami ke Gresik. Beberapa saat setelah mendarat di Jakarta, saya memposting sebuah surat terbuka di dalam group pemain.

Surat terbuka yang sejenak membuat siapapun yang berada di group awalnya mengernyitkan dahi, berpikir, menebak-nebak dan pada akhirnya tertawa. Komentar beragam pun hadir dibawah surat terbuka tersebut. Komentar yang sudah barang tentu ditulis sambil tersenyum..

Dibawah ini adalah isi surat terbuka saya ketika itu:

"Selamat siang. Mohon maaf sebelumnya, jika tulisan saya ini mengganggu waktu teman-teman sekalian.

Sebelum saya menyampaikan maksud dan tujuan saya menulis ini, perkenankan saya untuk sedikit bercerita.

Sebenarnya saya sudah mencoba dengan sekuat tenaga untuk tidak menulis ini, namun semakin saya tahan semakin hati saya terasa sakit. Dan oleh karena itu saya memberanikan diri untuk menulis di group ini".

Bagian di atas akan membuat mereka mengernyitkan dahi. Mereka terntu berpikir jika apa yang saya sampaikan sangatlah serius.

"Tujuannya tidak lain dan tidak bukan, agar teman-teman sekalian mengetahui terlebih dahulu langsung dari saya, sebelum nantinya mungkin akan tahu dari orang, atau mungkin melalui media".

Langsung saja pada pokok permasalahan:

Sampai dengan pertandingan kemarin (Gresik United vs Persija Jakarta), saya memang belum berhasil mencetak satu gol pun untuk Persija, dan untuk itu saya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada rekan-rekan sekalian."

Sampai di sini membuat mereka menebak-nebak. Mengingat transfer window putaran ke dua sebentar lagi dibuka, apakah surat terbuka ini adalah surat pamitan saya kepada tim?

"Namun demikian, pada suatu ketika saya pernah juga mencetak gol untuk Persija, dan saya tahu persis jumlahnya, yaitu 186 gol.

Dan dari 186 gol tersebut, saya tidak bisa mengingat berapa persisnya gol yang berhasil saya cetak menggunakan kaki kanan, kaki kiri, kepala, atau bagian tubuh saya yang lain.

Satu hal yang saya tahu dan pastikan ingat betul adalah, tidak ada satu pun dari 186 gol tersebut yang saya rayakan dengan berlari sejauh 60 meter, menolak rekan-rekan yang ingin memberi selamat kepada saya, agar saya dapat merayakan gol saya dengan cara MEMELUK PELATIH saya tercinta".

Di sini mereka mulai tersenyum, dan berkata dalam hati "Sialan".

"Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Gunawan Dwi Cahyo, karena telah memberi inspirasi kepada saya tentang bagaimana cara merayakan gol yang spektakuler.

Semoga dalam waktu dekat saya dapat mengikuti jejak Gunawan, yaitu mencetak gol kembali untuk Persija Jakarta.

Dan jika itu terjadi, mungkin (mungkin loh ya) saya akan merakannya, dengan berlari menuju arean VVIP agar dapat merayakannya dengan memeluk presiden klub.

Sekali lagi, terima kasih Mas Gunawan Dwi Cahyo.

Tetap Semangat..!!!"

Dan akhirnya pun mereka semua tertawa dan turut berkomentar untuk menggoda Gunawan hahahaha.

Selamat tahun baru 2017. Tetap semangat dan sukses selalu untuk kita semua.

Selesai....