Siang ini saya terbaring lelah di atas tempat tidur, udara sejuk dari AC kamar hotel tempat kami (Tim nasional) melakukan pemusatan latihan membuat mata saya terasa berat. Hari pertama latihan tim nasional memang akan selalu terasa sedikit kaku dan tegang, hal tersebut karena memang hadirnya beberapa pemain baru biasanya akan membuat pemain-pemain tersebut sedikit sungkan, akan tetapi biasanya pada hari kedua dan selanjutnya semuanya akan mencair dan melebur menjadi sebuah kesatuan..


Beberapa minggu terakhir, perhatian insan sepakbola kita sedikit banyak tertuju kepada beberapa hal penting yg menjadi agenda PSSI. Perhatian terbesar tentu saja tertuju kepada kongres PSSI yg memang sudah sangat ditunggu-tunggu hasilnya oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dan harus kita syukuri dan beri apresiasi yg luar biasa, karena kongres itu sendiri berhasil dilaksanakan dengan lancar dan menghasilkan ketua PSSI dan anggota exco yg baru. Hal tersebut disamping berhasil menghindarkan Indonesia dari sanksi FIFA, tentu juga diharapkan akan mampu membawa dunia persepakbolaan Indonesia lebih baik lagi dimasa yg akan datang..


Terlepas dari segala kritik yg datang silih berganti kepada ketua umum dan anggota exco terpilih, maka sudah selayaknya jika kita hargai dan beri apresiasi yg baik dengan mendukung mereka. Karena menurut saya, maju mundurnya organisasi tertua di republik ini tersebut tegantung kinerja dari manusia-manusia terpilih tersebut. Dan seperti yg kita sama-sama tahu, jika mengurus sepakbola Indonesia ini bukanlah hal yg mudah, maka sudah selayaknya jika mereka mendapatkan dukungan dari semua pihak yg merasa memiliki dan mencintai persepakbolaan Indonesia..


Beberapa hari yg lalu tepatnya tgl 13 Juli 2011, di saat masyarakat Indonesia sudah mulai terlihat tenang dengan gejolak yg selama ini terjadi, tiba-tiba terbit sebuah keputusan yg sangat mengejutkan, yaitu pemecatan pelatih Timnas Indonesia Alfred Riedl oleh ketua PSSI yg baru. Sontak hal tersebut memantik opini publik yg sangat beragam, banyak sekali masyarakat yg menyayangkan keputusan tersebut, akan tetapi tidak sedikit juga yg memuji pengurus PSSI yg baru karena berani mengambil sikap tersebut..


Saya sendiri mengetahui perihal pemecatan tersebut dari salah satu staff tim nasional melalui BBM, sesaat setelah saya mendarat di bandara Soekarno Hatta dari Pangkal Pinang. Beberapa hari sebelumnya posisi saya memang tengah berada di Pangkal Pinang bersama tim Persija Jakarta, saya terbang ke Jakarta sehari lebih cepat dari jadwal tim guna menepati panggilan tim nasional bersama 4 anggota tim yg lain, yaitu Pak Rahmad Darmawan, M. Nasuha, M. lham dan Tony Sucipto..


Ternyata saat kami masih berada di pesawat, ketua PSSI yg baru Djohar Arifin Husin mengadakan konferensi pers untuk menyampaikan pemecatan Alfred Riedl secara resmi. Saya sendiri sejujurnya tidak begitu kaget dengan hal tersebut, karena memang dalam beberapa hari terakhir rumor akan adanya pergantian pelatih sudah cukup santernya terdengar. Tidak begitu kaget bukan berarti hati saya dapat menerima begitu saja pemecatan tersebut. Karena menurut hemat saya, susah rasanya menemukan alasan yg kuat mengapa pengurus baru perlu melakukan hal tersebut. Dalam dunia sepakbola profesional, pergantian pelatih secara mendadak adalah sesuatu yg sangat wajar, akan tetapi terkadang alasan-alasan dari pemecatan tersebut yg terkadang sedikit susah untuk diterima oleh akal sehat..


Secara pribadi saya tidak ingin mengomentari kualitas teknis dari seorang Alfred Riedl dalam menangani tim, karena setiap pelatih akan selalu mempunyai sisi positif maupun negatifnya masing-masing. Lebih dari itu, hal tersebut jelas di luar kapasitas profesional saya sebagai seorang pemain..


Oleh karena itu dibawahnya ini, saya ingin menanggalkan status saya sebagai pemain tim nasional Indonesia dan ingin menyampaikan pendapat saya sebagai salah satu pendukung sejati tim nasional Indonesia, layaknya masyarakat kebanyakan diluar sana. Untuk menilai sukses atau tidaknya seorang pelatih menangani tim, tentu tergantung dari kriteria apa yg digunakan oleh setiap pihak dalam menilainya. Sebagai supporter yg anggap saja saya tidak pernah merasakan bagaimana dilatih oleh seorang Alfred Riedl, maka saya akan menilai kinerja seorang pelatih dari hal-hal dasar seperti layaknya orang awam.


Dari segi hasil, tentu Alfred tidak dapat dikatakan gagal walaupun memang menjadi runner up juga bukanlah menjadi sesuatu yg luar biasa. Karena menjadi runner up bukanlah hal yg baru untuk negara kita, akan tetapi mengingat target yg dibebankan pengurus PSSI (Ketika itu) memang menjadi finalis, maka dapat dikatakan Alfred mampu mencapai target yg telah ditentukan..


Dari segi pembentukan tim, Alfred juga berani melakukan perombakan yg dapat dikatakan besar-besaran pada tubuh tim nasional. Meninggalkan nama-nama yg selama ini menjadi tulang punggung tim nasional seperti Ponaryo Astaman, Charis Yulianto, Ismed Sofyan, Budhi Sudharsono, Hariyono, Saktiawan Sinaga untuk memberi kesempatan kepada muka-muka baru yg tentunya juga lebih muda dan segar..


Alfred juga dengan berani mengetepikan striker terbaik Indonesia Boaz Sallosa dengan alasan indisipliner. Belom lagi keputusannya untuk mencopot ban kapten Bambang Pamungkas dan menyerahkannya kepada Firman Utina, serta mendudukkan pemain tersebut di bangku cadangan karena alasan kalah bersaing dengan striker yg lain. Hal tersebut secara tidak langsung berarti Alfred telah berlaku fair dalam menilai kemampuan serta memberi kesempatan yg sama bagi setiap pemain tim nasional..


Satu hal yg  penting, Alfred berani mengambil keputusan-keputusan penting  guna melakukan regenerasi  dan menjaga kesinambungan tim yg selama ini terasa mandek di dalam tubuh tim nasional. Jika kita cermati berapa banyak pemain yg mengecap debut tim nasionalnya bersama Alfred Riedl. Sebut saja, Zulkifly Sukur, Ahmad Bustomi, Beny Wahyudi, Cristian Gonzales, Irfan Bachdim, Yongki Aribowo, Okto Maniani, Muhammad Nasuha, Yesayas Desnam, Toni Sucipto, Johan Juansyah dan juga Kurnia Meiga. Bahkan boleh dikatakan jika pemain-pemain muda tersebut diatas adalah kerangka utama dari tim nasional saat ini..


Sedangkan dilihat dari penampilan tim secara keseluruhan, saya rasa antusiasme masyarakat yg sangat luar biasa kepada tim nasional Indonesia selama Piala AFF 2010 digelar, sedikit banyak dapat menjadi gambaran bahwasanya tim tersebut tampil cukup baik atau setidaknya dapat memenuhi harapan masyarakat. Hal-hal tersebut diatas membuat saya yg dalam hal ini berbicara sebagai salah satu pendukung merah-putih, merasa tidak dapat menemukan sesuatu yg layak untuk mendasari pemecatan seorang Alfred Riedl..


Beberapa hari yg lalu tepatnya sesaat setelah Alfred resmi dipecat, salah satu sahabat saya yg bernama Abi Hasantoso melalui akun twitternya @TheReal_Abi_LPI, sempat menulis beberapa hal yg dia rangkum dengan judul "Pelajaran dari dipecatnya Alfred Riedl". Pada poin ke lima dari rangkuman tweet tersebut tertulis sebagai berikut..


"Pelajaran 5 dari dipecatnya Alfred Riedl: Jangan pernah mendiskriminasi dan merendahkan para pemain LPI - Itu yang paling penting! #Riedl"..


Tweet dari saudara Abi yg dalam hal ini menjabat sebagai juru bicara LPI tersebut sontak menggiring opini masyarakat, bahwasanya "MUNGKIN" alasan sebenarnya yg mendasari pemecatan tersebut adalah karena Alfred tidak memanggil pemain-pemain LPI ke dalam tim nasional. Kalimat "Itu yang paling penting" diakhir tweet tersebut yg membuat masyarakat berpikir demikian. Mengenai benar atau tidaknya dugaan masyarakat tersebut, tentu hanya saudara Abi Hasantoso yg dapat menjawab hal tersebut..


Sedangkan secara resmi PSSI sendiri menyatakan, jika pemecatan Alfred dikarenakan kontrak kerjasama Alfred dibuat bukan atara institusi PSSI dengan Alfred Riedl, melainkan antara wakil ketua umum sebelumnya Nirwana Bakrie dengan Alfred Riedl secara pribadi. Dan hal tersebut dianggap tidak sesuai dengan etika organisasi. Kita semua memang masih mereka-reka apa kira-kira sebenarnya yg tengah terjadi, akan tetapi jika masyarakat memiliki opini yg terbentuk berdasarkan Tweet saudara Abi pada tgl 13/07/2011 pukul 17:17 WIB tersebut, tentu juga tidak dapat dikatakan salah..


Dibawahnya ini saya kembali berbicara atas nama Bambang Pamungkas sebagai pemain tim nasional Indonesia.. Malam setelah Alfred resmi diberhentikan, saya menyempatkan diri untuk menghubungi pelatih saya tersebut melalui telephon. Sebelum berbicara kepada Alfred saya terlebih dulu berbicara kepada Wolfgang Pikal, saya juga sempat menghubungi Widodo Cahyono Putro akan tetapi sayang telephon seluler mas Wid tidak dapat dihubungi.. Saat saya berbicara Riedl jam menunjukkan pukul 22:53 malam, kami berbicara panjang lebar dalam waktu kurang lebih 15 menit. Pembicaran kami berkisar antara keadaan tim nasional saat ini, dan sejujurnya saya katakan jika kami sama-sama kecewa dengan keadaan yg berkembang..


Salah satu ucapan saya ketika itu adalah"Atas nama pribadi, pemain timnas Indonesia dan juga seluruh masyarakat sepakbola Indonesia yg sempat merasakan kebanggaan dan kebahagiaan ketika Piala AFF 2010 kemarin digelar. Saya mengucapkan terima kasih yg sebesar-besarnya kepada anda, juga sekaligus permohonan maaf yg sebesar-besarnyas situasi yg terjadi saat ini"..


Dan Alfred Riedl pun menjawab demikian: "Terima kasih Bambang atas dukungannya, sampaikan salam saya untuk seluruh pemain. Kita semua adalah orang-orang profesional, dan hal semacam ini dapat terjadi kapan saja. Pesan saya kepada kalian semua, siapapun pelatihnya, staff pelatihnya dan pengurusnya, kalian semua harus tetap mempunyai komitmen dan kerja keras yg sama. Karena pelatih, staff pelatih dan pengurus PSSI dapat berganti kapan saja, akan terapi warna jersey dan emblem tim nasional tidak akan pernah berubah. Dan kalian semua harus tetap berjuang dengan gigih untuk Merah-Putih, Lambang Garuda dan juga seluruh rakyat Indonesia yg selama ini mendukung kalian"


Sesaat setelah saya menutup telephon, tanpa saya sadari mata sedikit berkaca-kaca. Seperti yg saya kemukakan di awal tulisan ini, bahwa dalam dunia sepakbola profesional pergantian pelatih secara mendadak bukanlah hal yg aneh dan mengagetkan, akan tetapi entah mengapa saya merasa situasi ini terasa tidak begitu adil bagi seorang Alfred Riedl..


Terlepas dari itu semua, secara pribadi saya yakin jika setiap pelatih baru akan selalu membawa hal-hal baru yg tentunya juga positif, akan tetapi sudah selayaknya jika pelatih lama juga mendapatkan apresiasi yg baik. Bagi kami para pemain, siapapun pelatih dan pengurus PSSI nya tugas kami tidak pernah berubah, yaitu berjibaku dilapangan. Seperti yg dahulu pernah saya kemukakan, bahwa "Tidak semua pemain mengerti mengenai masalah organisasi, begitu juga sebaliknya. Tidak semua pengurus mengerti bagaimana cara bermain sepakbola". Hal tersebut kurang lebih berarti, bahwa mari kita pisahkan hal-hal keorganisasian dengan hal-hal dilapangan. Memberi opini tentu saja boleh dan sah-sah saja, akan tetapi mari sebisa mungkin kita hindarkan untuk saling menghakimi.


"PEMAIN, PELATIH DAN PENGURUS PSSI DAPAT BERGANTI KAPAN SAJA, AKAN TETAPI WARNA BENDERA DAN LAMBANG GARUDA ITU TIDAK AKAN PERNAH BERUBAH SAMPAI KAPANPUN"..


Dengan siapapun pelatih yg menangani tim nasional nanti, kami para pemain akan tetap berjuang sepenuh hati dalam membawa nama Indonesia. Dan dapat saya pastikan, jika siapapun pemainnya yg nanti diberi kehormatan untuk bermain dalam babak kualifikasi piala dunia melawan Turkmenistan, akan bermain seratus persen dan akan berusaha memberikan hal terbaik yg mereka mampu untuk tim nasional.. Akhir sekali atas nama pribadi sebagai salah satu pemain tim nasional Indonesia dan juga sebagai seorang pendukung sejati tim Merah-Putih, saya berpendapat dengan jujur bahwa:


"Sebagai Seseorang Yang Sedikit Banyak Pernah Memberikan Kebanggaan Dan Kebahagiaan Bagi Persepakbolaan Idonesia, Rasanya Alfred Riedl Layak Mendapatkan Perlakuan Lebih Baik Dari Apa Yang Terjadi Saat Ini"..


Selesai..