Hotel Riyadi Palace, Solo, Jawa Tengah.

 

Waktu menunjukkan pukul 6:53 petang, saat lagu kebangsaan Indonesia dikumandangkan, jelang kick off laga semifinal leg kedua Piala AFF 2016 antara tuan rumah Vietnam melawan Indonesia di stadion My Dinh, Hanoi, Vietnam. Terlihat dari layar kaca seluruh anggota tim nasional berdiri dengan posisi tegak, dan bernyanyi dengan lantangnya.

 

Ini adalah momen paling menggetarkan ketika anda menjadi atlet nasional. Disaat seperti ini mereka bukan lagi si Papua, si Jawa, si Ambon, si Aceh, si Batak, si Bugis, si Kalimantan atau si si yang lain. Mereka adalah sebuah kesatuan dalam keberagaman, mereka adalah Indonesia.

 

Sebagai pesepakbola, saya dapat dikatakan kurang suka menonton pertandingan sepak bola. Ada beberapa alasan yang membuat saya memilih untuk melakukannya. Satu diantaranya adalah nonton bola itu lebih deg-degan daripada memainkannya. Jadi lebih baik bermain daripada menonton.

 

Namun mengingat pertandingan ini sangatlah penting, maka saya dan teman sekamar saya di Persija Jakarta Ismed Sofyan yang kebetulan juga lama berseragam tim nasional pun, memutuskan untuk menyaksikan dan memberi dukungan melalui layar televisi di kamar kami.

 

Ada hal yang membedakan cara menonton pelaku sepakbola dengan penikmat sepak bola. Pelaku sepakbola biasanya lebih banyak diam, dan hanya berkomentar sesekali saja. Komentar yang muncul biasanya adalah analisa strategi, atau analisa keputusan yang sifatnya lebih rasional.

 

Hal tersebut karena pelaku sepak bola dapat memvisualisasikan, apa kira-kira yang tengah dihadapi seorang pemain di lapangan, serta mengapa kira-kira si pemain mengambil keputusan tersebut.

 

Tidak mudah mengambil keputusan dalam waktu sepersekian detik , dan dalam tekanan yang tinggi, belum lagi dengan sudut pandang yang juga terbatas. Berbeda dengan pandangan kita yang menyaksikan dari televisi, semua tentu terlihat lebih mudah.

 

Sedang cara penikmat sepak bola berbeda. Mereka biasanya lebih ramai baik dalam reaksi maupun komentar. Hal tersebut lebih kepada tidak adanya kemampuan untuk melakukan visualisasi seperti apa yang saya sebut diatas. Apakah itu salah? ya tentu saja tidak. Toh memang pada akhirnya penonton kan dikodratkan untuk tidak pernah salah.

 

Pertandingan semifinal leg kedua Piala AFF sendiri bejalan dengan alot dan sangat menarik. Baik Indonesia maupun Vietnam sama-sama menampilkan permainan terbaik mereka. Indonesia bermain dengan gagah berani, dan komitmen yang sangat tinggi. Sedang Vietnam sendiri tampil dengan determinasi, dan semangat juang yang tidak pernah padam.

 

Begitu banyak drama yang terjadi selama pertandingan. Sebuah partai yang sangat menguras konsentrasi serta emosi, tidak hanya mereka yang bertarung di atas lapangan, namun juga kita semua yang menyaksikan dari layar kaca. 

 

Singkat cerita pertandingan sendiri berakhir dengan skor 2:2. Hasil tersebut membuat Indonesia melaju ke partai final dengan agregat kemenangan 4:3. Hasil yang sudah barang tentu membanggakan dan sangat disyukuri oleh seluh punggawa tim nasional, juga segenap masyarakat Indonesia.

 

Terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari penampilan tim nasional dalam pertandingan tersebut, menurut saya pribadi Indonesia sangat layak mendapatkan satu tiket ke final. Punggawa merah-putih menunjukkan mental bertanding yang sangat luar biasa. Hal tersebut yang pada akhirnya menjadi faktor penentu lolosnya Indonesia dari hadangan Vietnam.

 

Sedang Vietnam sendiri saya pikir sudah memberikan semuanya dalam pertandingan tersebut. Mereka berhasil menyajikan sebuah permainan sepakbola moderen yang menarik sepanjang pertandingan. Mereka juga tampil begitu spartan, bahkan saat harus tampil dengan 10 pemain, dan dengan penjaga gawang yang sejatinya adalah pemain belakang.  

 

Hal yang tentu layak diapresiasi oleh siapapun yang menyaksikan pertandingan malam itu. Publik Vietnam pun saya pikir tidak akan kecewa dengan penampilan tim nasional mereka, walaupun mereka harus mengubur impian mereka untuk tampil di final.

 

Inilah sepakbola, drama demi drama yang tersaji di atas lapangan membuat olahraga ini begitu digemari dan dicintai di seluruh penjuru bumi. 

 

Kembali kepada tim nasional Indonesia. Saya sangat setuju dengan apa yang disampaikan oleh Alfred Riedl, sebelum melakoni laga semifinal leg kedua di Hanoi tersebut. Bahwa dengan melaju ke semifinal saja tim ini sudah meraih sesuatu, oleh karena itu dia tidak peduli dengan segala macam kritik yang natinya di alamatkan kepada pasukan Garuda, jika saja gagal melaju ke final.

 

Iya, dengan segala kendala dan keterbatasan yang dialami oleh tim nasional, sejujurnya tidak banyak dari kita yang berpikir jika Indonesia dapat melaju hingga sejauh ini. Dan ketika pada akhirnya Indonesia dengan penampilan yang tidak hanya bagus namun juga luar biasa mampu melaju ke final, maka saya pikir tim nasional tidak layak mendapatkan kritikan dalam bentuk apapun. 

 

Apapun yang terjadi di final nanti, rasanya tidak ada celah bagi siapapun untuk menyudutkan tim nasional. Sejujurnya kita tidak dapat menuntut sesuatu yang lebih lagi dari mereka, karena mereka sudah memberikan segalanya bagi bangsa dan negara.

 

Namun demikian, rasanya kok sangat disayangkan jika tidak menyelesaikan sebuah mimpi yang sudah dirajut dengan sedemikian baiknya. Tinggal 2 pertandingan lagi untuk menyelesaikan sebuah misi yang selama puluhan tahun tidak dapat diwujudkan, yaitu menjadi juara Piala AFF untuk pertama kalinya.

 

Bertemu Thailand di final tentu akan menjadi sebuah pertandingan yang sangat tidak mudah, namun demikian mengalahkan mereka jugalah bukanlah hal yang tidak mungkin. Sejak awal Thailand adalah favorit juara dalam turnamen dua tahunan ini. Mereka juga melaju ke final dengan sangat meyakinkan, menenggelamkan Myanmar dengan agregat 6:0.

 

Thailand tampil begitu superior sepanjang AFF 2016. Berbekal kualitas individu yang merata dan kolektivitas yang begitu baik, mereka menunjukkan jika mereka adalah sebuah tim yang sangat siap dalam menghadapi turnamen kali ini.

 

Namun demikian, tentu saja mereka bukan tanpa celah untuk dapat dikalahkan. Saya yakin jika Alfred Riedl beserta seluruh staf nya mengerti, dan telah mempelajari kekuatan serta kelemahan lawan kita di final tersebut. Sehingga dapat menyusun strategi yang tepat baik di laga kandang maupun tandang, untuk meredam atau bahkan memaksimalkan sekecil apapun kesempatan, untuk dapat mengalahkan pengoleksi 3 gelar Piala AFF tersebut.

 

Tugas kita adalah memberi kepencayaan serta dukungan penuh kepada mereka. Apapun keputusan dan strategi yang nantinya digunakan sudah pasti adalah yang terbaik, sesuai dengan situasi dan kondisi terkini dari tim nasional Indonesia.

 

Laga kandang di stadion Pekansari akan menjadi partai yang sangat menentukan. Jika Indonesia dapat memaksimalkannya dengan hasil positif, maka hal tersebut sedikit sebanyak akan mempermudah perjuangan mereka dalam menjalani laga kedua di Bangkok 3 hari kemudian.

 

Dukungan penonton yang memadati stadion, sudah barang tentu akan memberikan suntikan motivasi yang luar biasa bagi perjuangan mereka.

 

Sekali lagi, apapun hasil yang akan diperoleh Boas Salossa dan kawan-kawan di final nanti, rasanya kita tidak layak untuk memberikan kritik apapun kepada tim nasional kita. Garuda sudah tampil begitu luar biasa, tidak ada satupun punggawa tim nasional yang tidak memberikan kemampuan terbaiknya selama turnamen ini.

 

Selamat bertanding untuk seluruh punggawa tim nasional Indonesia.

 

Bermainlah untuk dirimu, orang-orang yang kamu cintai (keluarga), dan lambang Garuda di dadamu (rakyat Indonesia).

 

Dukungan dan doa terbaik kami menyertai perjuangan kalian di atas lapangan. 

 

Selesai....