Seperti yang telah kita ketahui bersama, jika seri kedua buku BEPE20 telah terbit dan tersedia di toko-toko buku. Buku berjudul PRIDE tersebut, secara resmi diluncurkan di Jakarta pada 24 Juni 2014, setelah sebelumnya diperkenalkan untuk pertama kali di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Brazil, pada 18 Juni 2014.


Secara pribadi saya merasa bahagia, tersanjung, dan sekaligus juga terharu. Hal tersebut berkaitan dengan begitu positifnya reaksi masyarakat terhadap buku tersebut. Dan untuk itu saya mengucapkan sebesar-besarnya rasa terima kasih kepada anda sekalian.


Namun demikian, di balik begitu positifnya reaksi masyaratat, BEPE20 PRIDE juga mendapatkan reaksi, serta kritik keras dari beberapa kalangan. Reaksi keras yang berkaitan dengan isi konten dari buku tersebut. Baik isi buku yang berupa tulisan, maupun yang berupa gambar.


Beberapa waktu yang lalu, salah seorang rekan fotografer menyampaikan rasa keberatannya kepada saya dan tim penyusun buku. Hal tersebut sehubungan dengan dimuatnya hasil karya yang bersangkutan di dalam BEPE20 PRIDE.


Rekan fotografer tersebut merasa sangat keberatan karena foto hasil karyanya dimuat tanpa adanya izin terlebih dahulu. Dan oleh karena itu, yang bersangkutan berencana melakukan tindakan hukum, jika apa yang menjadi hak-haknya sebagai pemilik foto tidak dipenuhi.


Jika kita merupakan orang-orang yang berpikiran terbuka, maka sejatinya permasalahan ini akan menuntun kita kepada sebuah hal yang positif di kemudian hari. Karena jika permasalahan ini benar-benar diselesaikan secara hukum, maka ke depan hal-hal yang mengatur mengenai siapa saja yang berhak menggunakan sebuah hasil karya, akan menjadi jelas.


Hal tersebut terkait dengan saya sebagai objek foto, yang bersangkutan sebagai fotografer, dan momen foto yang diambil di keramaian umum. Artinya di sini terdapat sebuah perbedaan perdapat yang masih sangat dapat diperdebatkan.


Namun saya tidak sedang ingin berdebat dalam tulisan ini, karena menurut saya memperdebatkan hal tersebut hanyalah menjadi sebuah langkah mundur. Saya lebih tertarik untuk mencari jalan tengah terbaik, yang sekiranya dapat mengakomodir keinginan dari kedua belah pihak.


Saya adalah pribadi yang selalu berusaha terbuka untuk  hal-hal yang sifatnya baik. Begitu pula dalam menyikapi permasalahan ini. Terlebih lagi sesuai dengan apa yang disampaikan, jika tuntutan tersebut dilayangkan atas dasar perlindungan terhadap profesi, dan oleh karenanya saya memberi apresiasi yang sangat positif.


Pada akhirnya saya memilih untuk bersepakat dengan apa yang dikatakan istri saya, bahwa buku ini disusun dengan niat awal yang tulus, didedikasikan untuk tujuan yang baik, sera seluruh hasil dari penjualan buku (yang menjadi hak penulis dan tim penyusun) dialokasikan untuk sesuatu yang positif.


Oleh karena itu alangkah sangat disayangkannya, jika semua yang telah diniatkan dengan baik sejak awal tersebut, pada akhirnya memantik polemik atau perdebatan terbuka di masyarakat luas.


Melalui tulisan ini, izinkan saya Bambang Pamungkas sebagai penulis, sekaligus mewakili seluruh tim penyusun buku BEPE20 PRIDE, untuk melakukan permohonan maaf secara terbuka kepada rekan fotografer tersebut. Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan saudara, dan berjanji untuk tidak mengulangi hal tersebut di kemudian hari.


Rasa terima kasih saya ucapkan kepada rekan fotografer yang bersangkutan, karena pada akhirnya mengihklasnya foto hasil karyanya digunakan dalam buku tersebut. Bahkan saya harus memberi hormat yang tak terhingga, karena yang bersangkutan telah berbaik hati menyumbangkan separuh dari kompensasi yang ia minta, bagi adik-adik dampingan Yayasan Syair Untuk Sahabat.


Akhir sekali, hendaknya peristiwa ini tidak mengurangi keihklasan, dan niat baik kita semua yang telah berpartisipasi dalam gerakan kampanye peduli HIV/AIDS melalui buku ini. Dan semoga di kemudian hari kita dapat mejadi pribadi-pribadi yang lebih hati-hati dan lebih bijaksana dalam melakukan segala sesuatu.


Selesai...