Setiap kata "jika" akan selalu diikuti dengan "maka". Dalam setiap tuntutan tentu harus disertai dengan batas waktu dan tindakan. Itulah yang sedang saya, kami, dan seluruh pemain sepakbola yang gajinya belum terlunasi, akan lakukan.

Di bawah bendera Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI), kami mencoba untuk memperjuangkan hak-hak kami sesuai dengan pasal-pasal yang diatur dalam kontrak kerja yang kami sepakati bersama, antara klub dan juga para pemain.

Permasalahan keterlambatan gaji di dunia sepakbola Indonesia ini sejujurnya tidak hanya baru-baru ini saja terjadi, melainkan sudah bertahun-tahun atau mungkin puluhan tahun. Mengapa sekarang menjadi hal yang begitu besar, karena kebetulan banyak sekali kasus ketidakadilan yang menimpa pemain terjadi pada musim kemarin. Apalagi saat ini sudah ada Asosiasi Pemain Profesional Indonesia  (APPI) yang menaungi pemain profesional di Indonesia, sehingga mau tidak mau membuat hal tersebut mencuat ke permukaan.

Maka pertanyaannya adalah, sampai kapan kondisi ini akan terus terjadi berulang-ulang? Sampai kapan pemain dipandang sebelah mata oleh para pengurus dan pemilik klub?

Sampai kapan pemain dipaksa untuk mengerti dengan keadaan manajemen, sementara manajemen tidak pernah mau mengerti dengan segala permasalahan yang dialami oleh pemain? Sampai kapan kita hanya melakukan solidaritas dengan aksi "patungan", untuk membantu rekan kita sesama pemain yang sedang mengalami kesulitan akibat keterlambatan gaji?

Sepakbola sendiri pada hakekatnya dimainkan untuk menjalin persahabatan, persaudaraan, dan juga persatuan. Oleh karena itu, ada rasa saling menghargai di sana. Esensi itulah yang akhir-akhir ini mulai terkikis di negeri ini. Rasa saling menghargai antar pelaku sepakbola di Indonesia sudah mulai hilang.

Bisakah disebut saling menghargai, jika salah satu pihak dituntut untuk terus melakukan kewajibannya, akan tetapi di sisi lain hak-haknya tidak dipenuhi? Apakah itu namanya saling menghargai, jika salah satu pihak mengharapkan pengertian dari pihak lain, sedang segala permasalahan pihak yang lain tidak pernah mau mereka mengerti? Saling menghargai itu artinya dari dua arah, tidak hanya satu arah.

Kasus meninggalnya Diego Mendieta seharusnya dapat menjadi pelajaran dan menyadarkan kita semua. Betapa semena-menanya sebuah klub di negeri ini memperlakukan pemainnya. Walau memang pada kenyataannya tidak semua klub berlaku demikian, akan tetapi hal tersebut setidaknya dapat menjadi bukti jika rasa saling menghargai itu sudah tidak ada lagi.

Di negeri ini sepakbola sudah tidak lagi menjadi olahraga masyarakat. Sepakbola sudah menjadi olahraga para elit pengurus, yang mengatasnamakan rasa cinta terhadap sepakbola sebagai topeng, di balik segala hal bermuatan politik di belakangnya. Mereka tidak lagi memikirkan akibat yang akan diterima oleh para pelaku di lapangan dan juga masyarakat yang benar-benar mencintai olahraga paling populer di dunia ini.

Oleh karena itu, sekarang adalah saat di mana pemain harus mulai berani untuk mengambil sikap. Sekarang adalah saatnya pemain sadar jika mereka adalah aset, mereka adalah faktor penting, dan sebuah komponen berharga dalam bergulirnya sebuah kompetisi sepakbola.

"Mungkin kita tidak dapat merubah nasib generasi sekarang, akan tetapi setidaknya kita dapat mencoba menata sebuah pondasi yang kokoh untuk generasi yang akan datang".

Mungkin akan menjadi hal yang sangat berat untuk mengawali perjuangan ini, agar seluruh pemain di negeri ini mendapatkan perlindungan hukum yang selayaknya. Akan tetapi kapan lagi jika tidak sekarang? Mari kita berpikir untuk jauh ke depan, kita melakukan ini semua untuk generasi yang akan datang. Untuk anak cucu kita yang nantinya mungkin memilih sepakbola sebagai profesi dalam kehidupan mereka. Jika sekarang kita mampu meletakkan sebuah pondasi hukum yang kokoh, maka bukan tidak mungkin jika 5, 10, 20 atau 30 tahun lagi posisi para pemain sepakbola di negeri ini akan mendapatkan tempat yang layak dan tidak lagi dapat dipandang dengan sebelah mata.

The task will be hard, there maybe dark days ahead and perhaps can be one of the most fateful moment in our history as a player. But we can only do the right as we see the right, and reverently commit our cause to God. I hope everyone of us can stand calm, firm and united in this time of trial. If we keep resolutely faithful to it, then, with God\'s help, we shall prevail....

SEKARANG, Saatnya Pemain Bersikap!

Selesai....