Pagi hari ini suasana mendung menyelimuti kota Jakarta, tidak hanya karena cuaca yang akhir-akhir ini selalu berubah dikarenakan tingkat polusi yang semakin hari semakin tinggi. Lebih dari itu, hari ini Kota Jakarta memang tengah berduka dikarenakan kegagalan tim kebanggaan ibukota, Persija Jakarta, untuk melaju ke partai puncak liga Indonesia setelah ditumbangkan Sriwijaya FC Palembang. Ini merupakan kegagalan beruntun setelah pada Copa Indonesia, Persija juga kandas di semifinal oleh Persipura Jayapura.


Pagi ini saya bangun dalam keadaan yang kurang baik, semalam saya tidur sangat lewat. Dalam benak saya masih tersimpan sesuatu yang sangat mengganjal, sesuatu yang membuat saya susah memejamkan mata semalam. Dan saya rasa apa yang saya rasakan juga dirasakan oleh semua anggota tim Persija terutama para pemain yang semalam tampil pada partai semifinal. Sejujurnya sebelum pertandingan, saya merasa optimis mampu melewati Sriwijaya FC dengan segala kelebihan dan kekurangan kita. Pertandingan semalam sendiri berjalan cukup atraktif dan walaupun secara permainan Persija lebih dominan, akan tetapi, satu hal yang Persija lupa adalah dalam pertandingan sepakbola untuk memenangkan pertandingan diperlukan gol. Dan dari sekian banyak peluang yang ada, tidak satu gol pun tercipta, sedangkan dipihak Sriwijaya FC satu gol dari Keit Kayamba sudah cukup untuk memenangkan pertandingan. Menurut saya Persija hanya kurang beruntung semalam akan tetapi satu hal yang harus kita akui adalah sebagai tim Persija tidak mempunyai mental yang kuat, kami terlihat terlalu panik dan tidak sabar saat harus tertinggal terlebih dahulu dan hal yang sama juga yang membuat kami gagal di Copa.


Dan episode gelap itu terulang kembali, setelah tahun 2001 Persija tidak pernah mampu lagi untuk menjadi yang terbaik di Indonesia. Sesuatu yang ironis memang untuk tim sekelas Persija, akan tetapi itulah sepak bola. Saya sependapat dengan pernyataan dari pelatih Persiwa Wamena, Joko Susilo, bahwa dalam sepakbola ketika kita menang bagaimana cara kita untuk bersyukur, sedang ketika kita kalah atau gagal bagaimana cara kita menyikapi, dalam hal ini bagaimana cara kita untuk berbesar hati menerima kegagalan ini untuk kedepan mampu dijadikan pelajaran agar di masa yang akan datang kita mampu menjadi lebih baik, sesuatu yang klise memang. Bagi Persija sendiri, ini menjadi pelajaran agar pada musim depan mampu menyiapkan tim yang lebih baik dari segi materi maupun mental bertanding. Banyak hal yang harus dirubah atau diperbaiki dalam tim Persija jika ingin mendapatkan hasil yang lebih baik pada musim depan.


Pada kesempatan ini saya selaku kapten tim mewakili seluruh elemen dalam tim Persija ingin memohon maaf kepada seluruh warga Jakarta atas kegagalan ini terutama kepada suporter kami The Jakmania yang dari awal musim sampai pada pertandingan kemarin selalu mendukung kami dalam keadaan apapun. Sesuatu yang tidak mampu kami balas tahun ini dengan gelar. Dengan berakhirnya musim ini tentunya akan terjadi perombakan dalam tim untuk menyongsong musim yang baru. Semoga musim depan Persija mampu berprestasi lebih baik dalam Copa maupun Liga. Saya sendiri sejujurnya belom tahu akan bermain di mana musim depan. Yang ada di benak saya sekarang hanyalah ingin berlibur bersama keluarga untuk sejenak melupakan sepak bola..