Seperti kita ketahui hari ini (17 Januari 2008) Persija hanya mampu bermain imbang melawan Persik Kediri. Saat saya menulis artikel ini saya merasa sangat sedih bukan karena hasil pertandingan tadi, walaupun seharusnya kita bisa memenangkan pertandingan, tetapi hasil seri yang baik, karena kami tidak kalah dan peluang kami masih terbuka lebar. Apa yang saya sedihkan adalah kenapa sepak bola kita sudah sedemikian parahnya sehingga setiap partai harus diwarnai dengan kontroversi, perkelahian dan kerusuhan..


Setelah kemarin di Kediri terjadi kerusuhan yang besar sehingga tempat pertandingan harus di pindah ke Gelora Delta Sidoarjo dan hari ini pertandingan Persija Vs Persik harus diwarnai dengan kontroversi dan perkelahian. Ini adalah perhelatan 8 besar yang ditonton oleh jutaan pemirsa dari layar televisi terlebih lagi ini adalah kasta tertinggi sepak bola Indonesia, tetapi kenapa kita tidak bisa memberikan contoh yang baik. Divisi utama adalah muka depan dari dunia sepak bola Indonesia, akan tetapi apa yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa sepak bola kita berada pada situasi yang sangat memprihatinkan. Di saat tahun depan dana APBD akan dihapuskan, sedangkan kita sendiri akan memulai gelaran super liga, seharusnya kita harus mampu memberikan tontonan yang berkualitas dan penyelenggaraan yang bermutu, sehingga kita mampu menunjukkan bahwa sepak bola kita memang pantas didukung oleh pemerintah. Akan tetapi apa yang terjadi saat ini? secara jujur situasi akan semakin sulit terlebih lagi simpati masyarakat pun akan berkurang..


Kemarin (16 Januari 2008) partai Persiwa Vs Arema terjadi insiden pemukulan terhadap hakim garis yang dipicu oleh dianulirnya 2 gol Pato Morales yang memang menurut saya tidak sah, akan tetapi siapa yang berani mengatakan jika gol Mbamba itu tidak sah. Semua pemirsa saya rasa sependapat dengan saya bahwa gol Mbamba memang sah dan ketika gol itu dianulir mulailah terjadi ketidakpuasan dari suporter yang puncaknya terjadi pemukulan lagi, sehingga pertandingan pun tidak bisa dilanjutkan. Dan hari ini kembali kontroversi terjadi pada pertandingan Persija Vs Persik, gol balasan Persik yang dicetak Cristian Gonzales terlebih dalu didahului pelanggaran terhadap Abanda Herman, terlepas dari semua orang bisa berbuat salah akan tetapi semua kesalahan yang terjadi menurut saya sangat mendasar dan ini membuktikan bahwa kualitas wasit kita masih sangat kurang. Dalam pertandingan tadi juga diwarnai dengan perkelahian antar pemain setelah pertandingan yang dipicu oleh ulah Cristian Gonzales yang menendang Abanda dari belakang setelah pertandingan selesai. Kejadian itu memicu amarah Evgeny Khmaruk sehingga dia mengejar Cristian dan diikuti oleh Sergey Dubrovin. Memang harus kita akui bahwa Cristian Gonzales merupakan pemain yang sangat berkualitas dan menjadi salah satu yang terbaik di Liga Indonesia itu dibuktikan dengan 3 kali berturut-turut menjadi top score. Akan tetapi apa yang dia lakukan tadi jelas bukan contoh yang baik dan sangat tidak terpuji terlebih lagi status dia sebagai pemain asing yang seharusnya memberikan transfer ilmu yang baik kapada pemain lokal..


Inikah wajah sepak bola kita? Seharusnya perhelatan 8 besar mampu menjadi cerminan penyelenggaraan yang baik serta menjadi ajang mempertunjukkan kualitas 8 tim terbaik di Indonesia. Akan tetapi dengan apa yang terlihat dalam 2 hari diselenggarakannya 8 besar ini timbul pertanyaan dalam benak saya, “Sudah siapkah kita menggelar Super Liga tahun depan..?” Semoga kejadian demi kejadian ini mampu menggugah hati nurani kita yang paling dalam untuk secepatnya mencari solusi agar sepak bola kita tidak semakin terpuruk, karena sepakbola kita sekarang sedang dalam keadaan KOMA..